Sebab kultur politik, ekonomi dan budaya Indonesia sudah terlanjur berubah menjadi kapitalistik dalam praktek. Peran yang begitu penting dari doktrin Indonesia Poros Maritim Dunia (IPMD) nampak ketika upaya menggali spirit kepemimpinan itu dilakukan dengan menetapkan kembali 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Di sinilah IPMD mendapatkan ruhnya dari Pancasila sebagai pandangan geopolitik Indonesia terhadap dunia, meskipun doktrin poros maritim dunia tersebut belum sepenuhnya dijabarkan secara teknokratik ke dalam national interest yang diikuti perubahan paradigma pembangunan, sistem ekonomi, sistem budaya, sistem pertahanan dan strategi pertahanan, hingga orientasi di dalam mendayagunakan seluruh potensi maritim beserta kekayaan hayati yang terkandung di dalamnya.
Dalam konteks memberi pemaknaan secara ideologis atas konsepsi IPMD tersebut sangat tepat jika keseluruhan pemikiran Geopolitik Bung Karno (GBK) diangkat kembali, lengkap dengan seluruh spiritnya untuk membangun kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Dengan mengangkat keseluruhan substansi GBK, akan dapat ditemukan imajinasi geopolitik Sukarno. Imajinasi geoplitik Bung Karno sebenarnya bisa begitu mudah ditemukan dari pidato-pidato Bapak Bangsa Indonesia tersebut yang selalu bergelora, penuh daya pikat hingga seolah menghinoptis rakyat Indonesia dan dunia.
Dalam Pidato Indonesia Menggugat tahun 1930 misalnya, Bung Karno sudah menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia akan terjadi ketika Pasifik membara akibat pertarungan negara-negara kapitalis yang dipengaruhi oleh pemikiran Halford Mackinder untuk menguasai pusat geopolitik dunia, ataupun paham Karl Haushofer untuk memperluas ruang hidup dengan mencari tanah jajahan, ataupun karena logika kapitalisme di dalam mencari sumber bahan baku dan pasar.
Bisa juga digerakkan oleh tekad membangun hegemoni dunia dengan menguasai koridor strategis perdagangan dunia sebagaimana dilakukan oleh Inggris yang kemudian melahirkan teori Sea Power oleh Alfred T. Mahan, yang kemudian dianut oleh Amerika Serikat. Apapun teori yang dipakai, bagi Sukarno, baik kapitalisme-liberalisme maupun komunisme kesemuanya mengandung benih-benih kolonialisme dan imperialisme yang sangat menyengsarakan bangsa-bangsa terjajah.
Atas hegemoni bangsa-bangsa maju tersebut yang tidak hanya menguasai pasar, sumber daya, koridor strategis, namun juga menguasai alam pikir dan kebudayaan global, Bung Karno dengan sangat cerdas merumuskan pemikiran geopolitiknya dengan berbagai dalilnya yang luar biasa. Pertama, pemikiran Geopolitik Bung Karno (GBK) didasarkan pada ideologi Pancasila. Kedua, GBK bertujuan membangun tata dunia baru dimana Pancasila menjadi tahapan lebih lanjut (sublimasi), bahkan puncak dari ideologi-ideologi besar yang ada saat itu.
Ketiga, GBK mendasarkan postulat bahwa dunia akan damai apabila terbebas dari imperialisme dan kolonialisme. Keempat, GBK membangun solidaritas antar bangsa untuk mengedepankan ko-eksistensi damai menghadapi realitas dunia yang anarkis. Kelima, kalau Barat selalu mencoba memaksakan demokrasi suatu negara, maka GBK sebaliknya, memerjuangkan struktur dunia yang demokratis.
Ketika prinsip-prinsip GBK yang dijalankan dalam kepiawaian diplomasi internasional, diplomasi pertahanan, dan ide-ide sebagai inspirasi tersebut menjawab berbagai problematika dunia saat itu, serta kemampuan melakukan kerjasama dan aliansi strategis melalui Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, gerakan the New Emerging Forces, serta Konferensi International Anti Pangkalan Militer Asing, maka kepemimpinan Indonesia pun diakui dunia.
Dengan pengakuan ini, otomatis spirit yang ada akan mendorong kepemimpinan di bidang lain seperti budaya, olah raga, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, militer dll. Kepemimpinan Indonesia di seluruh aspek kehidupan bagi dunia inilah yang seharusnya dikobarkan. Di sinilah memahami Pemikiran Geopolitik Bung Karno dan keseluruhan imajinasinya sangat penting agar bangsa ini bertindak ke luar, bukan saling menjatuhkan ke dalam. Sebab Indonesia adalah bangsa besar dan sudah selayaknya berjuang, bertindak sebagai bangsa besar. Selamat datang pemikiran GBK dengan seluruh daya imajinasinya, untuk diterjemahkan kembali relevansinya bagi para pemimpin bangsa. Merdeka!!!