AFGHANISTAN, POSKOTA.CO.ID - Hampir dua dekade lamanya sistem layanan kesehatan Afghanistan bertahan dengan dana hampir sepenuhnya dari donor internasional.
Hal ini berubah sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus lalu.
Laporan Associated Press pada Rabu (9/2/2022) menyebutkan hanya lima rumah sakit di Afghanistan yang masih menawarkan perawatan COVID-19.
Sementara 33 lainnya terpaksa tutup beberapa bulan belakangan ini karena kurangnya dokter, obat, bahkan pemanas.
Ini terjadi sementara negara yang ekonominya hancur itu menghadapi peningkatan tajam kasus virus corona yang dilaporkan.
Situasi rumah sakit satu-satunya yang memberikan perawatan COVID-19 di Kabul begitu runyam. Staf hanya dapat memanaskan bangunan pada malam hari karena kurangnya bahan bakar. Bahkan ketika suhu turun di bawah titik beku pada siang hari. Para pasien di sana berbungkus selimut-selimut tebal.
Direktur rumah sakit dokter Mohammed Gul Liwal mengatakan mereka memerlukan semuanya. Mulai dari oksigen hingga persediaan obat.
Fasilitas yang disebut Rumah Sakit Penyakit Menular Afghanistan-Jepang ini memiliki 100 tempat tidur.
Bangsal COVID-19 hampir selalu penuh sewaktu virus berkecamuk.
Sebelum akhir Januari, rumah sakit itu mendapat satu atau dua pasien baru virus corona setiap hari. Dalam dua pekan terakhir, 10 hingga 12 pasien baru masuk setiap hari.
“Situasinya memburuk setiap hari,” kata Mohammed Gul Liwal.
Para karyawan rumah sakit baru menerima satu bulan gaji saja, yakni pada bulan Desember. Ini sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban hampir enam bulan silam.
Sistem layanan kesehatan Afghanistan telah remuk.
Ekonomi Afghanistan runtuh setelah hampir 10 miliar dolar asetnya di luar negeri dibekukan dan bantuan finansial untuk pemerintah sebagian besar dihentikan.
Runtuhnya sistem kesehatan juga memperburuk krisis kemanusiaan di negara itu.
Sekitar 90 persen populasi terperosok ke bawah tingkat kemiskinan.
Keluarga hampir-hampir tidak mampu mendapatkan makanan. Sedikitnya satu juta anak-anak terancam kelaparan. ***