Belum Selesai Gelombang Ketiga Covid-19, Jakarta Sudah Dihantui Gelombang Keempat Pasca Idul Fitri
Epidemiolog dari Griffith University Australia Sebut Gelombang Keempat Pasca Idul Fitri Hantui Jakarta, Cek Faktanya
JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pandemi Covid-19 di Indonesia seperti tidak ada habisnya.
Epidemiolog dari Griffith University Australia sebut gelombang 4 pasca Idul Fitri hantui Jakarta, meskipun saat ini masih berjibaku dengan gelombang 3 Covid-19.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, memprediksi potensi adanya gelombang ke-4 Covid-19 pasca hari Raya Idul Fitri tahun 2022 relatif kecil.
Pasalnya, saat ini lonjakan kasus varian Omicron sudah berada di akhir puncak yaitu di akhir bulan Februari.
"Kalau lebaran tahun ini kemudian kecenderungannya relatif lebih mengecil adanya potensi buruk. Karena apa? karena ini sekarang sudah mau puncak nih misalnya akhir Februari. Yaitu kabar baik tapi jangan juga ya ini disengajakan terinfeksi ya nggak, harus tetep vaksinasi," terang Dicky saat dihubungi, Rabu (9/2/2022).
Dicky justru memprediksi, gelombang keempat Covid-19 bakal terjadi pada bulan Agustus-September 2022.
"Jadi saya melihat kalaupun ada potensi gelombang sekitar Agustus atau September, kalaupun ada potensi gelombang berikut, gelombang itu udah jauh lebih kecil, makanya kejar vaksinasinya," ungkap Dicky.
Menurutnya, setiap lonjakan kasus atau gelombang Covid-19 biasanya didahului munculnya varian baru.
Seperti di gelombang kedua pada Juni-Juli 2021 munculnya varian Delta dan saat ini gelombang ketiga adanya varian Omicron.
Selain itu, lonjakan kasus juga didahului adanya pergerakan orang yang cukup besar, biasanya itu terjadi pasca perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal dan tahun baru.
Hal tersebut juga terjadi disetiap negara bahkan di Amerika dan Eropa.
Kemudian faktor yang makin memperburuk keadaan, yaitu cakupan vaksinasinya rendah sehingga banyak orang yang terpapar mengalami gejala berat dan resiko kematian bagi kelompok usia rentan ataupun penyandang komorbid menjadi sangat tinggi.
"Jadi multi faktor ada perilaku manusia ada networking nya maksudnya perilaku ini orang abai pakai masker udah gak peduli terus ada networking, itu maksudnya ya orang pergi sana sini, mobilitasnya tinggi kemudian adanya kelompok manusia yang rawan jadi cakupan vaksinasinya masih rendah daerah situ, boosternya," jelasnya.
Lihat juga video “Warga Bicara Narkoba dan Prostitusi di Kalangan Artis”. (youtube/poskota tv)
Maka dari itu, Dicky meminta pada pemerintah untuk mengejar cakupan vaksinasi hingga dosis ketiga atau booster untuk memperkecil risiko buruk bila terjadi gelombang Covid-19 susulan.
"Karena kalau kecil orang-orang yang jumlah populasinya yang belum divaksinasinya, gelombang juga ya mungkin tingkat Kabupaten, Kota atau Provinsi gitu, gak menasional. Nah ini yang harus disadari oleh kita semua makanya dorong cakupan vaksinasi ini meningkat gitu," pungkasnya. (yono)