Kekacauan Cuaca Global Terjadi Gegara Suhu Laut Lebih Hangat Daripada Sebelumnya

Minggu 06 Feb 2022, 23:30 WIB
Suhu laut semakin hangat pada tahun lalu dibandingkan tahun sebelumnya. (Sumber ilustrasi: Science Alert)

Suhu laut semakin hangat pada tahun lalu dibandingkan tahun sebelumnya. (Sumber ilustrasi: Science Alert)

POSKOTA.CO.ID - Dibandingkan tahun sebelumnya, laut semakin hangat pada tahun lalu. Ini mengakibatkan pola cuaca yang sudah ekstrem meningkat di seluruh dunia.

Informasi ini dikemukakan dalam laporan baru-baru ini yang diterbitkan di jurnal Advances in Atmospheric Sciences.

Dua puluh tiga ilmuwan internasional menganalisis ribuan pengukuran suhu laut. Demikian dilansir dari VOA Indonesia pada Jumat (04/02/2022).

Sejak 2018, sewaktu kelompok ini pertama kali menerbitkan temuan mereka, mereka mendapati bahwa suhu laut meningkat setiap tahun.

Tetapi pemanasan itu tidak berlangsung konsisten di bumi ini.

Para peneliti pada 2021 mendapati bahwa karena pola dan arus angin, sebagian wilayah Samudra Atlantik, India dan bagian utara Samudra Pasifik menghangat lebih cepat.

“Pergerakan air di lautan dunia mendistribusikan panas dengan cara yang tidak seragam, sehingga beberapa daerah mendapatkan lebih banyak panas dan yang lainnya lebih sedikit, yang berarti beberapa daerah tertentu di laut menjadi hangat lebih cepat daripada yang lainnya,” kata John Abraham, salah seorang penulis penelitian itu dan ilmuwan iklim di Universitas Santo Thomas di Minnesota.

Meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca dari aktivitas manusia membuat lautan terlalu panas.

"Tahun lalu laut menyerap panas yang setara dengan tujuh bom Hiroshima yang diledakkan di laut setiap detik setiap hari, 365 hari setiap tahun,” ujarnya.

Sedikit saja kenaikan suhu dapat sangat merusak.

“Tahun lalu, suhu permukaan laut naik satu derajat Celsius,” kata Michael Mann, profesor ilmu atmosfer di Universitas Negeri Pennsylvania dan salah seorang kontributor laporan itu.

“Dan meskipun ini seperti pemanasan yang sedikit, perubahan suhu sekecil apapun dapat berdampak sangat besar terhadap sistem cuaca yang dapat menyebabkan populasi ikan berkurang dan lapisan es runtuh di Antartika.”

Hanya sedikit panas dari gas-gas rumah kaca yang benar-benar terperangkap di atmosfer. Sebagian besar panas itu diserap oleh lautan.

“Laut menyimpan 90 persen panas dari pemanasan global dan merupakan indikator kuat perubahan iklim. Sekarang ini, lautan kita memanas dengan laju yang luar biasa yang memiliki konsekuensi serius,” kata Lijing Cheng, penulis utama laporan itu dan profesor di Institut Fisika Atmosfer di Lembaga Ilmu Pengetahuan Tiongkok.

“Kenaikan permukaan air laut membuat komunitas di pesisir semakin rentan terhadap gelombang badai yang mengancam prasarana pesisir,” kata Lijing Cheng.

Lautan yang menghangat juga menimbulkan malapetaka bagi sistem cuaca bumi. “Laut mengendalikan cuaca,” kata John Abraham.

“Laut yang lebih hangat membuat cuaca kita semakin liar, bergerak dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya dengan lebih cepat,” ujarnya.

“Lautan memanaskan dan melembabkan atmosfer yang menciptakan badai yang lebih kuat.”

Tornado, hurikan, banjir, bahkan badai salju itu semua terkait dengan lautan yang memanas menurut kata Alexey Mishonov. Dia salah seorang penulis laporan dan ilmuwan peneliti di Pusat Interdisipliner Ilmu Sistem Bumi Universitas Maryland.

Michael Mann menyebutkan gas-gas rumah kaca perlu segera dibatasi secara signifikan atau konsekuensi terhadap lingkungan hidup akan menjadi semakin buruk.

Dia mengatakan,“Kita harus menurunkan emisi karbon 50 persen dalam dasawarsa ini.”

“Pemerintah perlu memberikan insentif untuk mengalihkan industri energi dan transportasi dari bahan bakar fosil dan menuju ke energi terbarukan,” pungkas Michael Mann. ***

Berita Terkait

News Update