Perang Dingin 2.0 tidak jauh berbeda. Perang dingin ini dikatakan sebagai reinkarnasi Perang Dingin 1.0, meskipun motif utamanya bergeser dari perang ideologi ke perang dagang.
Meskipun demikian, secara substantif apa yang dimaksudkan dengan perang dingin tersebut tetap saja terpusat pada upaya penguasaan sumber daya alam, posisi geopolitik strategis, dan juga perebutan pasar serta penguasaan koneksivitas strategis jalur perdagangan dunia.
Ketika dunia pada saat terjadinya Perang Dingin 1.0, ataupun ketika saat ini gambaran Perang dingin terjadi kembali, pelajaran apa yang bisa ditarik dari kebijakan luar negeri Indonesia saat itu?
Spirit apa yang bisa diambil bagi kebijakan strategis luar negeri saat itu, agar di dalam menghadapi dinamika politik global saat ini, Indonesia bisa menampilkan peran strategisnya?
Apa tugas sejarah Indonesia di dalam menggunakan posisi geopolitik dan geostrategisnya di dalam menghadapi Perang Dingin 2.0?
Berbagai konstelasi pertarungan geopolitik dunia sejak abad 20 telah dianalisis dengan baik oleh Bung Karno. Dalam pidatonya yang begitu terkenal pada tahun 1930 dengan judul Indonesia Menggugat, Bung Karno dengan dialektika pemikirannya mampu memperkirakan bahwa Indonesia merdeka akan terwujud pada saat terjadi Perang Pasifik akibat pertarungan kapitalisme global.
Pertarungan tersebut terjadi karena perebutan ruang hidup antar bangsa. Perebutan ruang hidup ini berakar dari pemikiran geopolitik Karl Haushofer, seorang pakar geopolitik dari Jerman yang menegaskan pentingnya keberlangsungan suatu bangsa melalui penguasaan ruang hidup (lebensraum).
Dalam berbagai analisisnya, Bung Karno mengkritik pemikiran geopolitik barat yang ekspanionis. Kritik yang sama juga disampaikan Bung Karno atas Jepang.
Pada awalnya kemajuan Jepang melalui restorasi Meiji dipuji oleh Bung Karno untuk membangkitkan nasionalisme Indonesia ketika Jepang berhasil mengalahkan Rusia pada tahun 1904.
Namun ketika Jepang berubah menjadi ekpansionis yang dibangun dari legitimasinya sebagai pemimpin di Asia Timur, Bung Karno pun memberikan kritik yang sangat keras.
Dalam analisisnya, Bung Karno menegaskan bahwa perubahan yang terjadi di Jepang dipicu oleh loncatan kemampuan militer Jepang dengan kemampuannya melakukan serangan kilat, terpadu, presisi, dan dengan daya penetrasi tinggi.
Berbagai perang yang terjadi di dunia seperti Perang Napoleon, Perang Saudara di Amerika Serikat, Perang antara Rusia dan Jepang, hingga Perang Dunia I dan II juga menjadi pembelajaran Sukarno.