Kakek: Ini pertanyaan bagus.
Begini cucuku. Tahun baru itu perjalanan waktu, dari 2021 menjadi 2022.
Waktu memang tidak berjalan mundur. Sudah menjadi sunnatullah bahwa waktu akan terus bergulir dan berganti dari detik menjadi menit, berubah menjadi jam, kemudian bergerak hingga 30 hari disebut satu bulan, mencapai 365 hari menjadi satu tahun. Dari Januari hingga Desember dalam hitungan Masehi.
Tentu, dalam perputaran waktu terdapat tanda – tanda. Sesuatu yang sudah kita alami, kita jalani baik suka maupun duka.
Kejadian - kejadian yang sudah kita jalani ini yang hendaknya kita maknai.
Cucu: Katanya masa lalu tak perlu diingat lagi kek?
Kakek: Memang benar, kejadian masa lalu tak perlu disesali. Tetapi ini bukan untuk mengingat, melainkan melakukan perenungan.
Apalagi, karena kekurang cermatan kita, kurangnya kehati - hatian membuat keputusan yang diambil saat itu merugikan diri sendiri dan orang lain.
Itulah sebabnya, perenungan pengalaman masa lalu diperlukan sepanjang dapat dijadikan bahan evaluasi dan introspeksi diri agar perjalanan ke depan menjadi lebih baik lagi.
Itu pula setiap akhir tahun sering dijadikan momen untuk melakukan refleksi diri. Kemudian membuat resolusi diri apa yang hendak dilakukan untuk tahun depan.
Tujuannya, tentu agar tidak sampai mengulangi kesalahan yang sama, apalagi sama persis. Padahal, konon, keledai pun tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama.
Dengan merenungkan penyebab kegagalan dan kekeliruan masa lalu, lebih dapat mengantisipasi diri sehingga terhindar dari situasi terburuk di kemudian hari. Itulah makna perenungan yang hendaknya dijadikan resolusi menatap masa depan lebih baik lagi.