Kritik Mengkritik, Sindir Menyindir ...

Selasa 28 Des 2021, 09:32 WIB

“SELAMAT sore kakek, sepertinya lagi santai?” sapa sang cucu kepada kakeknya.

“ Oh sore juga cucuku. Iya lagi nyantai sambil baca berita soal kritik mengkritik” jawab sang kakek.

“ Berarti ada yang dikritik dan yang mengkritik dong kek?”

Si kakek tersenyum cucunya cukup cerdas menafsirkan kata yang baru saja diucapkan.


Ya, soal kritik mengkritik berarti di dalamnya ada orang atau pihak yang mengkritik dan dikritik. Juga ada isi kritikan yang disampaikan kepada orang yang dimaksud.

Hanya saja , sering kritikan tidak ditujukan langsung kepada orangnya, tidak menyebutkan nama orangnya, hanya melalui simbol, indikasi atau ciri – ciri orang yang dikritik.

“Kalau mengkritik tidak langsung menyebut orangnya, namanya menyindir dong kek?” tanya cucu kepada kakeknya.

“Bisa dikatakan begitu, walaupun berbeda, beda tipis saja,”  jawab kakek sambil tertawa.

Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyindir berarti mengkritik (mencela, mengejek dan sebagainya) seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang.

Jika seseorang merasa tersindir, kemudian merespons dengan sindiran juga, maka terjadilah sindir menyindir. Dengan begitu, masyarakat semakin paham dan memperoleh kejelasan siapa orang yang disindir atau  dikritik, meski pada awalnya tidak menyebutkan nama.

Mendengar penjelasan ini, sang cucu bertanya ” Kalau boleh tahu, siapa yang dikritik kek?”

Sang kakek menjelaskan kalau yang kakek baca di berita, dan ini sudah beredar luas, yang  menyampaikan pernyataan itu Giring, Ketua Umum PSI. Sementara  siapa tokoh yang dimaksud, tidak disebutkan namanya.

Meski begitu, masyarakat dapat menduga siapa tokoh yang dimaksud, apalagi  jika merangkai pernyataan yang sebelum – sebelumnya, yang mengarah kepada tokoh dimaksud.

Cucu: Kakek tahu siapa tokoh dimaksud?

Kakek:  Ya tahu lah. Di media sudah ramai diulas dan dibahas. Tokoh dimaksud adalah Anies Baswedan, gubernur DKI Jakarta. Diberitakan pula, Pak Anies santai saja. Sebagai manusia biasa wajar kalau dirinya dikritik. Juga membuat pernyataan bagaimana kritikan yang baik.

Cucu: Oh gitu kek, berarti menjawab sindiran ya kek?”

Kakek: Kalau itu disebut jawaban atas sindiran kakek tidak tahu. Tetapi kalau dirangkai dari satu peristiwa ke peristiwa berikutnya, masyarakat dapat memahami dan menilainya. Tentu, dengan versi masing – masing.

Cucu: Sekarang cucu mau nanya, boleh ga seorang cucu mengkritik kakek?

Kakek menjelaskan. Setiap orang berhak menyampaikan pendapat , kalau mau disebut kritikan. Itu sah – sah saja, undang- undangnya membolehkan. Sebagai negara demokrasi, setiap orang bebas menyatakan pendapat.

Rakyat boleh kritik bupatinya, walikotanya, gubernurnya, presidennya.Seorang anak boleh mengkritik orang tuanya, cucu boleh kritik kakeknya.

Bebas menyatakan pendapat. Tapi ingat! Meski bebas, bukan berarti tanpa batas, ada etika dan norma yang wajib dipatuhi. Karena itu, sampaikan kritik dengan baik, dengan bahasa yang santun, tepat waktu dan tepat sasaran. Tidak menggurui dan menghakimi. Jangan mengkritik dengan didasari kebencian.

Ada idiom menekankan bahwa saat kita mengkritik seseorang, pada dasarnya kita juga sedang mengkritik diri sendiri. ( jokles).

Berita Terkait

Menghitung Hari, Menghitung Nasib

Kamis 30 Des 2021, 07:47 WIB
undefined

Melangkah Pasti, Jangan Salah Jalan

Senin 03 Jan 2022, 11:01 WIB
undefined

ASN yang Profesional dan Bermoral

Senin 03 Jan 2022, 11:30 WIB
undefined
News Update