JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat dalam berbagai sektor. Adanya pandemi, para pekerja seni pun sangat berdampak, sepi tanggapan.
Termasuk para pelaku pambiwara atau master of ceremony (MC) berbahasa Jawa, mereka sepi job atau sepi tanggapan.
Hal ini seperti dirasakan oleh para MC berbahasa Jawa di bawah naungan Sanggar Budaya Jawa Parikesit di Karanganyar. Pada hari-hari sebelum pandemi, mereka bisa mendapat 4 kali tanggapan, sekarang sangat minim.
Dalam hal inilah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mendekatkan para pelaku seni pambiwara atau MC berbahasa Jawa untuk adaptasi teknologi adalah dengan memberikan pelatihan literasi digital kepada para anggota Sanggar Budaya Jawa Parikesit.
Hal tersebut diungkapkan Tim Pengmas (Pengabdian Masyarakat) terdiri dari Widhyasmaramurti, MA. yang biasa dipanggil Mara, bersama tim dosen FIB UI lainnya memberikan Pelatihan Literasi digital di Karanganyar untuk Pengembangan Kapasitasnya di Era Milenial saat ini.

Pelatiahan Literasi digital untuk para pembiwara (MC) berbahasa Jawa, yang diadakan dosen FIB UI secara daring. (foto: ist)
Menurut Mara, masyarakat perlu beradaptasi dengan teknologi untuk dapat mengikuti arus perkembangan ritme kehidupan yang berubah dari tatap muka konvensional secara langsung (luring) beralih menjadi tatap muka melalui dunia maya (daring).
Tatap muka secara luring terkoneksi melalui berbagai aplikasi seperti Zoom, Googlemeet, Skype, videocall seperti whatsapp dan aplikasi lainnya.
Aplikasi tersebut berkembang seiring kemajuan teknologi. Maka di masa pandemi ini, bisa dikatakan jika teknologi semakin mempermudah kehidupan manusia.
Terutama sejak adanya pembatasan aktivitas yang menyebabkan banyaknya pekerja beralih menjadi pekerja mandiri di rumah, teknologi adalah jembatan komunikasi di tengah keterbatasan.
Keterbatasan tersebut juga muncul dalam banyak bentuk karena adanya pembatasan untuk mendukung penyebaran virus Corona.
Pembatasan kegiatan yang melibatkan berkumpulnya banyak orang dalam satu tempat, seperti pernikahan, sunatan, maupun beragam pertunjukan kesenian, menjadi lumrah untuk tidak diadakan.
Hal ini telah memberikan efek pembatasan ekonomi bagi para pekerja seni budaya Jawa yang menggantungkan hidupnya dari acara-acara tersebut.
Salah satu organisasi pekerja seni budaya Jawa yang terdampak sangat berat adalah para pelaku pambiwara (master of ceremony ‘MC’) bahasa Jawa di bawah Sanggar Budaya Jawa Parikesit di Karanganyar.
Sanggar Budaya Jawa Parikesit berawal dari paguyuban di tahun 1997 dipimpin oleh KRAT Purwadi Hadinegoro, SE.
Sebelum pandemi, para pambiwara dapat bekerja minimal 4 kali dalam satu bulan, khususnya dalam memandu acara pernikahan tradisional Jawa.
Selain menjadi pambiwara, jasa yang kerap mereka tawarkan adalah mengajarkan pengetahuan menjadi pambiwara ke pecinta bahasa dan budaya Jawa.
Walau demikian, pembatasan kegiatan juga menyebabkan terbatasnya undangan sebagai pambiwara serta pengajar pambiwara. Hal ini secara tidak langsung berimbas kepada roda perekonomian yang berjalan di tempat.

Dosen UI Widhyasmaramurti, MA, yang biasa disapa Mara, saat memberikan pelatihan literasi digital untuk pambiwara di Karanganyar. (foto: ist)
Dalam kondisi yang sarat keprihatinan ini para pambiwara dituntut mampu beradaptasi dengan teknologi.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) dalam mendukung proses adaptasi teknologi adalah dengan memberikan pelatihan literasi digital kepada para anggota Sanggar Budaya Jawa Parikesit.
Adaptasi teknologi diperlukan agar mereka dapat bertahan dari dampak ekonomi akibat pandemi Covid 19 dengan mampu menggunakan piranti teknologi dalam keseharian.
Mereka mampu mempromosikan jasa mereka baik sebagai pambiwara maupun pelatihan pambiwara melalui media sosial, dan mencoba untuk membuka kelas daring.
“Pelatihan Literasi Digital untuk Organisasi Pekerja Seni Budaya Jawa (Pambiwara) di Kabupaten Karanganyar” menjadi judul kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) dari FIB UI yang dilakukan oleh tim dari Program Studi Sastra Jawa FIB UI.
Tim Pengmas terdiri dari Widhyasmaramurti, MA. yang biasa dipanggil Mara sebagai pengabdi utama, didukung oleh Dwi Rahmawanto, MHum sebagai anggota tim dosen, serta Moh. Iqbal Fauzi dan Ahmad Dani Irawan sebagai anggota tim mahasiswa.
Kegiatan pengmas ini juga didukung oleh Arif Nur Setiawan, S.Hum. selaku Penggiat Budaya Kabupaten Karanganyar sebagai Koordinator Lapangan yang kerap mendampingi aktivitas Sanggar Budaya Jawa Parikesit.
Pemilihan kegiatan diadakan menyasar organisasi di Kabupaten Karanganyar karena Karanganyar adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah, yang masyarakatnya masih memegang erat budaya Jawa.
Posisinya yang terletak di Lereng Gunung Lawu atau sebelah timur Kota Solo, membuat kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kota Solo.
Kabupaten Karanganyar juga merupakan kabupaten penyumbang pelaku pekerja seni Jawa Gaya Solo yang terkenal di Nusantara, seperti almarhum Ki Manteb Sudarsono.
Seniman atau pekerja seni di Kabupaten Karanganyar beragam, mulai dari pelaku kesenian campursari, wayang kulit, pengrajin gamelan, pengrajin wayang hingga pemandu acara (pambiwara).
Salah satu organisasi pambiwara Jawa yang terkenal di karesidenan Surakarta yaitu “Parikesit” yang beranggotakan para pemandu acara bahasa Jawa,
Pelatihan Literasi digital kepada anggota Sanggar Budaya Jawa Parikesit dilakukan secara blended learning, dengan proses daring untuk mereka yang berada di luar kabupaten Karanganyar dan jauh dari lokasi sanggar, serta secara luring untuk mereka yang ingin dapat menangkap materi ajar secara maksimal di tengah keterbatasan akses pembelajaran.
Pelatihan literasi digital dilakukan di hari Jum’at, 19 November 2021 dengan judul “Pelatihan Literasi Digital: Pengenalan Media Digital untuk Pembelajaran Daring,” dengan narasumber Dwi Rahmawanto.
Pelatihan kedua di hari Jum’at, 26 November 2021 dengan judul “Pemasaran Digital untuk Pengembangan Organisasi,” dengan narasumber Mara sebagai Ketua Tim Pengmas.
Proses pembelajaran tidak berhenti di penghujung pelatihan karena masih ada proses pendampingan hingga tahun 2022 nanti.
Menurut KRT Margono Hadinegoro, SPd., selaku Wakil Ketua Sanggar Budaya Jawa Parikesit, dengan adanya pengetahuan literasi digital, para anggota berharap untuk dapat membuka kesempatan mengajar secara daring tidak hanya kepada pecinta budaya Jawa dalam wilayah Kabupaten Karanganyar semata, namun juga ke seluruh Pulau Jawa, Indonesia, bahkan tidak menutup mata sampai ke mancanegara.
Sebagai Ketua Tim Pengmas, Mara berharap, pengenalan akan literasi digital ini dapat memberikan kesempatan kepada para seniman budaya Jawa yang bekerja sebagai pambiwara untuk bisa mengembangkan kemampuan dan eksistensinya yang akan berimbas kepada terbukanya peluang pekerjaan bagi mereka di tengah keterbatasan di masa pandemi. (*/rilis)