LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Para pelajar mengaku trauma setelah menjadi korban ambruknya atap bangunan Laboratorium SMPN 1 Cibeber.
Naila Salsabila, pelajar yang menjadi korban ambruknya atap bangunan itu mengaku masih merasa nyeri akibat luka lebam dan lecet pada bagian pundak, punggung, tangan, dan kaki.
Kondisi itu diakui oleh Naila Salsabila, siswa kelas 8C yang menjadi korban tertimpa reruntuhan atap gedung laboratorium SMPN 1 Cibeber.
"Saya dan 7 eman lainnya menjadi korban saat tengah berlatih seni Dengung dan Angklung Buhun," katanya.
Ia menjelaskan, latihan dilakukan karena mereka sendiri memiliki rencana untuk memberikan kado istimewa dengan menampilkan keahlian mereka dibidang seni pada Hari Guru Nasional 2021.
"Jadinya kami inisiatif buat latihan di ruang laboratorium, karena peralatan seninya disimpan disana," kata Naila saat ditemui, Rabu (24/11/2021) kemarin.
Namun, saat tengah asik berlatih, dia mengaku mendengar suara retakan kayu patah dari bagian atap dan diikuti suara gemuruh yang cukup kencang. Dan tidak lama, sekitar pukul 13.15 WIB atap langsung rubuh dan menimpa dirinya.
“Tidak ada kesempatan untuk menyelamatkan diri. Karena, atap bangunan tiba-tiba runtuh dan menimpa para siswa yang sedang berlatih,” kata Naila.
Naila mengaku, tertimpa kayu dan genting di bagian pundak, punggung, tangan, dan kaki.
Untuk itu, setelah atap bangunan ambruk, dirinya langsung pingsan. Dia baru tahu tentang kondisinya ketika berada di puskesmas.
“Saat itu, saya pingsan dan enggak tahu apa-apa lagi. Tapi, saya merasakan sakit di bagian pundak dan paha akibat tertimpa atap bangunan,” terangnya.
Saat ini, Naila masih merasakan ngilu di sekujur tubuhnya. Bahkan, dia merasa takut jika membayangkan kejadian buruk yang menimpa dirinya dan rekan-rekannya tersebut.
“Masih ngilu-ngilu di sekujur tubuh dan ada rasa takut ketika membayangkan kejadian kemarin (atap sekolah runtuh),” paparnya.
Korban lainnya, Eljar mengatakan, kejadian atap sekolah ambruk membuatnya mengalami luka lebam di beberapa bagian tubuh.
Kondisi tersebut membuatnya takut ketika datang ke sekolah. Apalagi, jika melihat tumpukan material bangunan di ruang laboratorium.
“Kalau fisik masih merasakan sakit. Tapi, dalam satu atau dua hari ke depan, saya yakin udah sembuh,” ujarnya.
Eljar berharap, bangunan sekolah yang ambruk cepat diperbaiki sehingga tidak membahayakan keselamatan para siswa dan guru yang menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM).
“Harapannya langsung diperbaiki agar kami belajar seni di sana bisa aman dan nyaman,” harapnya. (Kontributor Banten/ Yusuf Permana)