Akhirnya Terungkap! Ahli Forensik Polri Bongkar Pelaku Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Ciri-ciri Merokok Jadi Bukti Kuat

Kamis 25 Nov 2021, 14:08 WIB
Kasus pembunuhan Ibu dan Anak di Subang. (ist)

Kasus pembunuhan Ibu dan Anak di Subang. (ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Masyarakat semakin dibuat penasaran dengan perkembangan kasus pembunuhan sadis yang menewaskan
ibu dan anak di Subang Jawa Barat.

Bukan tanpa alasan, karena sudah memasuki hari ke 100 kasus pembunuhan Subang itu belum kunjung terungkap.

Namun keingintahuan itu nampaknya akan segera terjawab, pasalnya polisi mengatakan sudah mengantongi identitas tersangka yang segera diumumkan dalam kurun waktu dekat.

Pihak kepolisian juga menyebut bahwa data forensik terkait pembunuhan sadis yang menewaskan Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu, sudah dinyatakan lengkap.

Fakta baru itu diungkapkan oleh Ahli Forensik Mabes Polri Kombes Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti dalam unggahan YouTube Denny Darko.

"Proses identifikasi kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang memang membutuhkan waktu lama, sebab kasus ini berbeda dengan kasus lainnya," katanya, seperti dikutip poskota, Kamis (25/11/2021).

Hastry menjelaskan, meski pihaknya sudah mengambil puluhan DNA yang ada di lokasi pembunuhan sadis di Subang, namun proses pemeriksaan DNA yang lama dipicu tidak adanya data pembanding pada kasus tersebut.

"Kalau darah itu kan cepat ngambil pemeriksaan DNA-nya, tiga hari bisa selesai. Tapi kalau yang di benda mati, misalnya dari baju. Darah yang di baju itu lama," terangnya.

Kemudian, Hastry membeberkan temuan sidik jari yang ada pada rokok, kursi, pintu mobil, juga menjadi kunci penting yang bisa menguatkan hasil DNA. Sehingga wajar saja jika lama karena banyak sampelnya.

"Yang kita ketahui TKP Subang agak sedikit kacau ya, sudah terkontaminasi karena banyaknya orang yang masuk ke TKP tanpa diketahui dari penyidik," katanya.

Pemeriksaan DNA di puntung rokok, sambung Hastry, membutuhkan waktu satu bulan untuk mengungkap dan memperoleh hasilnya. Karena
penyidik berusaha mencocokkan DNA tersebut dengan waktu kematian kedua korban. Itulah mengapa prosesnya begitu lama dan harus dilakukan secara berulang-ulang.

Berita Terkait
News Update