“KEK, cucu mau ikut fit and proper test” kata sang cucu kepada kakeknya.
Kakek: “Untuk apa cucuku?
Cucu: “Cucu mau nyalon jadi ketua kelas,sekarang harus fit and proper test dulu”
Kakek: “Bagus itu”
Cucu: “Bagusnya di mana?”
Kakek pun menjelaskan. Yah, untuk menjadi calon pemimpin harus diuji dulu kemampuannya, kualitasnya. Kualitas seorang pemimpin minimal satu tingkat di atas rata-rata orang yang akan dipimpinnya.
Selain itu, wajib disampaikan apa yang akan dilakukan setelah menjadi pemimpin. Jadi jelas, target yang hendak dicapai untuk memajukan organisasi. Visi dan misi menjadi panduan dalam menjalankan tugasnya. Melenceng dari visi dan misinya, berarti tidak amanah.
Kini, fit and proper test yang diartikan sebagai uji kelayakan dan kepatutan menjadi prasyarat bagi seseorang jika hendak menduduki jabatan tertentu di instansi/ institusi/ lembaga pemerintahan baik di pusat maupun daerah.
Untuk calon pejabat negara/ pejabat publik seperti Kapolri, Panglima TNI, Pimpinan KPK dan komisioner, uji kelayakan dan kepatutan dilakukan oleh legislatif, setelah pihak eksekutif mengirimkan kandidatnya.
Bahkan, perusahaan swasta pun sejatinya lazim melakukannya untuk jabatan tertentu, meski dalam pola dan mekanisme yang berbeda.
Dalam organisasi sosial kemasyarakatan seperti pemilihan ketua RW, tak jarang uji kelayakan dan kepatutan ditempuh dengan mewajibkan kepada kandidat untuk menyampaikan visi dan misinya secara terbuka.
Calon menteri pun melalui fit and proper test. Presiden yang langsung mengujinya dengan memanggil calon menteri ke istana untuk diajak berdiskusi tentang berbagai hal, termasuk visi dan misinya untuk menjabat menteri tertentu.
Presiden pula yang memutuskan layak dan tidaknya seseorang menduduki jabatan menteri, tak perlu minta persetujuan DPR -RI karena mengangkat menteri merupakan hak prerogatif presiden.
Tiba-tiba sang cucu menyela: “Dulu kakek juga melakukan fit and proper test kepada calon menantu?”
Kakek menjawab "sudah pasti". Identitas lengkap ditanya. Siapa namanya, tinggal di mana. Siapa orang tuanya, keturunan siapa, kerja apa dan di mana. Sering disebut “bibit, bebet, bobot”.
Bibit berkaitan dengan latar belakang keturunan, bebet terkait dengan kemampuan ekonomi, sedangkan bobot adalah kualitas diri baik mengenai pengetahuan, kepribadian dan integritas moralnya.
Cucu: “Kalau jawaban calon menantu bohong,gimana kek?”
Kakek: “Itu namanya tidak jujur. Integritas moralnya jelek”
Cucu: ”Jadi kakek serius saat fit and proper test calon menantu?”
Kakek: “Lebih dari serius karena ini menyangkut masa depan keluarga. Keturunan kita, anak cucu kita kelak”
Terungkap! Showroom Tempat Vanessa dan Bibi Beli Mobil Pajero, Bahkan Sudah Pesan 1 Mobil Baru lagi yaitu Alphard”. (youtube/poskota tv)
Jadi dilaksanakan dengan sangat sungguh-sungguh. Bukan sebatas formalitas. Nggak ada jalur khusus, nggak ada pula itu titip-titipan. Uji kelayakan dan kepatutan kakek jalankan dengan penuh transparan dan kejujuran.
Cucu: “Kalau calonnya cuma satu, gimana kek?”
Kakek: ”Terimalah dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Percaya, Tuhan telah memberikan yang terbaik buat kita”
Cucu: “Wuiih .. kakek keren juga.”
Kakek: ”Kalau nggak keren, kakek nggak punya cucu sekeren kamu ini..” (jokles)