ADVERTISEMENT
Kamis, 4 November 2021 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi mengatakan, fluktuasi harga pangan yang masih mengalami kenaikan terjadi karena ketersediaan faktor produksi juga masih belum stabil.
"Saat pandemi ini terjadi beberapa anomali pangan, yaitu pangan tersedia namun harga tinggi seperti jagung pakan ternak," katanya, Kamis (4/11/2021).
Akademisi Institut IPB ini menyebut, alokasi pupuk subsidi harus ditambah. Terlebih saat ini pupuk subsidi yang mampu disubsidi pemerintah hanya 9 jutaan ton, harusnya 14 jutaan ton dengan kondisi lahan baku sawah mencapai 12 jutaan hektar dan lahan sawah teknis 7 jutaan hektar.
"Oleh karena itu, pemerintah (Kemenkeu) perlu mengkaji ulang untuk menambah anggaran subsisi pupuk. Kementerian BUMN menjamin produktivitas pabrik, dan Kementan harus benar-benar mengawal usulan RDKK agar tepat sasaran bagi petani di bawah 2 hektar," tegasnya.
Ia menegaskan, kendala kepemilikan lahan dan hasil yang tidak dinikmati oleh petani skala besar dan juga pengusaha perkebunan. Kemudian alokasi pupuk juga harus tepat jumlah dan sasaran jangan sampai dimainkan oknum tidak bertanggung jawab di lapangan maka harus ada kolaborasi dengan kepolisian.
"Adopsi inovasi dan teknologi pertanian dengan perguruan tinggi harus lebih dimasifkan," ucapnya.
Prima Ghandi menekankan, perguruan tinggi pertanian seperti IPB harus dioptimalkan oleh pemerintah untuk menjawab permasalahan pertanian di lapangan.
"Sehingga bisa menghadirkan pertanian mandiri dan modern serta terhadap kenaikan ekspor pangan dan kesejahteraan petani," tutupnya. (rizal)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT