Jangan Menjual Identitas..

Rabu 03 Nov 2021, 09:30 WIB
Jangan Menjual Identitas.. (Kartunis/Sental-Sentil/Poskota.co.id/Ucha)

Jangan Menjual Identitas.. (Kartunis/Sental-Sentil/Poskota.co.id/Ucha)

TIDAK seperti biasanya, cucu sang kakek pulang sekolah nyelonong masuk ke dalam rumah, tanpa berucap salam dan cium tangan sama kakeknya.

Sang kakek yang melihat perilaku cucunya tidak seketika menegurnya, apalagi memarahi. Tetapi membiarkan hingga cucunya ganti pakain, terus makan.

Begitu suasana sedikit reda, sang kakek bertanya kepada cucunya. "Tumben, kamu pulang ga ceria, malah cemberut, muka pun seperti ditekuk?”

Cucu: “Lagi kesel kek..”

Kakek: “Kesel sama kakek?”

Cucu: “Engga..”

Kakek: “Loh kalau nggak kesel sama kakek, cium tangan dong..”

Sang cucu pun segera cium tangan kakeknya sambil mengatakan” Saya kesel sama temen, kalau ga dipisah bisa berantem..”

Kakek : “Loh memangnya kenapa?”

Cucu pun menjelaskan kalau dia membela temannya yang dihina dan diperlakukan kasar. “Mentang – mentang anak pejabat, sok jagoan, suka nyuruh pakai maksa segala. Kalau menolak, dibentak – bentak, diperlakukan kasar sampai temannya menangis. Kasihan kan kek. Cucu kasih tahu jangan kasar sama temen, eh.. malah ditantang berantem,” kata sang cucu.

Kakek: “Apa yang kamu lakukan sudah betul, mengingatkan hal – hal  yang buruk. Tetapi sebatas mengingatkan, dan jangan terbawa emosi. Sebab, kalau sampai kamu marah, sama saja kamu juga ingin tampil menjadi jagoan”

Cucu: "Loh, kok kakek bisa bisa bilang begitu?”

Kakek pun menjelaskan. Hidup di dunia memang harus saling mengingat cucuku. Tentu mengingatkan hal – hal yang buruk menjadi baik. Dari yang salah menjadi benar. Dari yang bengkok menjadi lurus. Dari yang tinggi hati menjadi rendah hati. Dari yang keras menjadi lembut. Dari yang pemarah menjadi ramah.

Tetapi semuanya harus dilakukan dengan penuh ketulusan, kelembutan dan keramahan. Tidak boleh keras dilawan dengan sikap keras. Sekeras apapun sikap seseorang, pada akhirnya akan luluh dengan kelembutan.

Kalau seseorang bersikap sok jagoan, sok hebat dan bertindak sewenang – wenang, maka lawanlah dengan kelembutan. Jika kamu melawan dengan kekerasan, bukan luluhnya seseorang yang sok jagoan, tetapi akan muncul dua orang yang bersikap sok jagoan.

Jika ini dilakukan secara terus menerus, bukan hanya oleh kamu, juga teman – teman kamu, maka akan muncul orang – orang lain lagi, lain lagi dan lain lagi  yang sok hebat, dan bersikap sewenang – wenang. Ini yang harus dicegah.

Lagi pula buat apa bersikap sok hebat, sok kuasa, sok kaya dan sok, sok yang lain yang bermaksud mengunggulkan kehebatan diri sendiri. Sekalipun memiliki semuanya itu, hebat, kaya, kekuasaan, tidak lantas dipamerkan di depan banyak orang untuk mendapatkan pengakuan.

Apalagi kehebatan, kekuasaan dan kekayaan yang dipunyai bukanlah milik diri sendiri, bukan hasil capaian prestasinya, tetapi milik orang tuanya, milik saudaranya.

Kalau sudah demikian, lantas apa yang mau dibanggakan tentang kehebatannya. Boleh bangga kalau buah karya sendiri.Lagi pula segala sesuatu, identitas yang melekat, baik itu kehebatan karena pangkat, jabatan, kekuasaan dan harta kekayaan sifatnya sementara.

Karena itu, tidaklah pantas menjual identitas, apalagi numpang identitas orang lain. Hendaknya kita tetap rendah hati. Tak perlu pamer dan menjual identitas, karena yang terpenting adalah kualitas. (Jokles)

Berita Terkait

Fit and Proper Test Calon Menantu

Senin 08 Nov 2021, 15:45 WIB
undefined
News Update