Cuaca Buruk, Nelayan di Cilincing Kencangkan Ikat Pinggang

Jumat 08 Okt 2021, 06:27 WIB
Puluhan kapal nelayan di Cilincing, Jakarta Utara, bersandar di dermaga. (foto: poskota/cahyono)

Puluhan kapal nelayan di Cilincing, Jakarta Utara, bersandar di dermaga. (foto: poskota/cahyono)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dampak dari cuaca buruk, nelayan di Cilincing, Jakarta Utara, harus mengencangkan ikat pinggang karena hasil melautnya merosot selama beberapa minggu terakhir.

Akibatnya, nelayan harus utang ke warung untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari karena penghasilannya dari mencari ikan menipis.

Di lokasi, sebagian besar nelayan, memilih untuk tidur di perahu berkapasitas 2 GT, yang bersandar di dermaga. Terlihat juga beberapa nelayan yang sedang fokus memperbaiki jaring untuk mengisi waktu.

Kurdianto (51) salah satu nelayan mengatakan, dirinya bersama lebih dari 50 teman lainnya, harus mengencangkan ikat pinggang selama dua Minggu kebelakang.

"Ya begini, kalau lagi cuaca buruk sampai berminggu-minggu ini hasilnya tipis. Penghasilan bisa dibilang minus," kata Kurdi panggilan akrabnya saat ditemui di Cilincing, Kamis (7/10/2021).

Karena hasil melautnya minus, Kurdi memilih untuk tidak melaut sampai cuaca mendukung.

Kurdi yang sudah 40 tahun menjadi nelayan, masih bersyukur karena untuk makan sehari-hari saat ini dirinya dibantu oleh anak pertamanya yang bekerja sebagai PPSU di Kelurahan Cilincing. 

"Ya saya bersyukur, anak pertama saya laki-laki umurnya 26 tahun, bantu kalau untuk makan. Tapi kalau untuk rokok ya kita utang ke warung," jelas bapak 3 anak asal Cirebon, Jawa Barat.

Ia mengungkapkan, selama tidak melaut untuk memenuhi kebutuhan, utangnya di warung sudah lebih dari Rp500 ribu.

"Saya saja utang di warung udah lebih Rp500 ribu, kali. Nanti kalau mulai lancar lagi ya baru bayar dicicil," ungkapnya.

Kurdi bersama teman lainnya, khawatir bila dipaksakan melaut hal buruk akan terjadi karena cuaca sedang tidak stabil.

"Kalau kapal yang rusak kena ombak atau badai masih bisa kita perbaiki, tapi kalau nyawa kan gimana. Kita kan taruhannya nyawa juga kalau melaut," ketusnya.

Namun demikian, saat ini dirinya bersama teman nelayan lainnya, akan coba melaut kembali esok pagi.

"Ya semoga saja nanti malam nggak hujan. Pokonya kalau malam jam 12 angin kencang, kita nggak bakal nyari ikan daripada celaka," jelasnya.

Dikatakan Kurdi, bila sedang beruntung, hasil dari penjualan ikan, dirinya bisa mendapat uang hingga Rp2 juta sekali melaut.

Setalah dipotong biaya operasional, sisanya dibagi bersama 2 teman satu perahunya.

"Kalau lagi bagus satu orang bisa dapat Rp300 ribu sekali berangkat," ungkapnya.

Kata Kurdi, sejumlah nelayan andon (numpang) lebih memilih untuk pulang kampung.

Arif, nelayan lainnya, mengatakan adanya angin barat dan ombak yang tinggi membuat aktivitas melautnya beberapa Minggu kebelakang jadi terhambat.

"Pernah sore berangkat cari ikan, pada sampai tengah laut ada angin barat, ya mau gak mau nginep di Pulau Damar (Kepulauan Seribu). Dari pada celaka," ucap Arif.

Akibatnya ia pun pulang dengan tangan kosong karena ia dan ke dua teman satu kapalnya tak berhasil menjaring ikan.

"Dari pada tekor, karena buat solar mending kita nggak melaut dulu sampai cuaca bagus," tandasnya. (yono) 

Berita Terkait

News Update