JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Vaksin sudah diklaim sebagai salah satu cara yang sangat efektif untuk dapat menghentikan penyebaran Covid-19 di dunia.
Akan tetapi masih ada saja beberapa golongan manusia yang tidak mempercayai bahwa vaksin bisa meredakan pandemi Covid-19.
Bahkan di antara mereka mempercayai bahwa vaksin Covid-19 hanya sebagai akal-akalan dari teori konspirasi saja.
Maka dari itu, sampai dengan saat ini masih banyak yang meragukan bahwasannya vaksin mempunyai tingkat efektivitas yang baik untuk menanggulangi pandemi Covid-19.
Akan tetapi Dr. Heri Setiawan, M.Sc menegaskan bahwa sejak dulu hanya vaksin yang mampu menanggulangi dan membasmi berbagai macam penyakit yang ada di dunia.
Dr Heri mengimbau agar seluruh masyarakat mengesampingkan adanya pesan-pesan yang berisi tentang teori konspirasi Covid-19.
Hal tersebut disampaikannya langsung saat hadir dalam webinar Program Sehat di Masa Vaksinasi Covid-19 dibuat oleh Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
"Hanya saja penolakan vaksinasi tetap ada dengan berbagai alasan seperti kekhawatiran akan efek samping, rumor dan teori konspirasi terkait vaksin," ujarnya.
Namun, dr Heri meminta agar setiap orang memperhatikan adanya berbagai macam faktor yang sebenarnya bisa membasmi dan menghilangkan berbagai macam penyakit.
Vaksin yang digunakan juga tidak boleh sembarangan karena sudah harus mempunyai efikasi dengan tingkat yang sangat baik, aman, stabil, mudah disimpan.
Selain itu vaksin juga harus dikatakan sebagai sesuatu hal yang ekonomis dan dapat diakses hingga ke pelosok.
Bukan hanya dr Heri saja yang mengklaim vaksin bisa membasmi penyakit, dikesempatan yang sama dr. Rulliana Agustin, M.Med.Ed juga mengatakan bahwa vaksin bisa mencegah gejala berat Covid-19.
Kemudian vaksin diklaim oleh dr Rulliana dapat menciptakan kekebalan kelompok plus mengurangi penularan yang berpotensi cukup parah.
Namun perlu diperhatikan juga bahwa vaksin harus memilih target yang tepat, yakni mulai usia hingga kelompok tertentu seperti lansia dan ibu hamil.
Dengan begitu, dua kelompok yang sudah disebutkan tadi wajib melakukan konsultasi terlebih dahulu sebelum mendapatkan vaksinasi.
"Setelah melakukan vaksinasi juga terdapat protokol pascavaksinasi seperti pemantauan efek simpang dan Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)," tutur dr Rulliana.
Dr Rulliana juga menambahkan bahwa vaksin pada dasarnya tidak ada yang memiliki tingkat 100 persen aman dan tanpa risiko.
Bagi masyarakat luas tentu sangatlah penting untuk mengetahui apa saja risiko yang bisa didapatkan dan bagaimana cara penanganan yang tepat.
"Informasi yang benar tentang KIPI juga membantu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap proses vaksinasi guna melawan informasi hoaks yang beredar," imbuhnya. (cr03)