Waspada! Jambret dan Pencuri Marak Sasar Emak-emak, Psikolog Forensik: Jangan Bawa Barang Berlebihan

Kamis 07 Okt 2021, 11:37 WIB
Ahli Psikolog Forensik, Reza Indragiri mengingatkan kepada masyarakat terutama wanita tidak membawa barang berlebihan agar terhindar dari aksi penjambretan dan pencurian. (foto: ist)

Ahli Psikolog Forensik, Reza Indragiri mengingatkan kepada masyarakat terutama wanita tidak membawa barang berlebihan agar terhindar dari aksi penjambretan dan pencurian. (foto: ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ahli Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel, meminta pada masyarakat terutama perempuan, saat bepergian agar tidak membawa barang berharga secara berlebihan untuk menekan risiko menjadi korban penjambretan. Dengan begitu, dapat mengurangi risiko kerugian besar bila telanjur menjadi korban.

“Jangan bawa barang berharga secara demonstratif untuk menekan risiko menjadi korban,” kata Reza saat dihubungi.

Pasalnya, kata Reza, perempuan termasuk pada kelompok yang rentan menjadi korban penjambretan.

“Sesuai teori klasik bahwa perempuan adalah satu dari tiga kelompok manusia yang paling rentan mengalami viktimisasi (menjadi korban), termasuk viktimisasi akibat kejahatan,” ujarnya.

Reza meminta pada polisi untuk bergerak cepat memburu pelaku kejahatan jalanan dengan mengerahkan seluruh unsur yang dimiliki.

Bila tidak segera diberikan efek jera pada para pelaku, jangan sampai, di zaman yang serba sulit dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, akan muncul penjambret-penjambret baru.

Pasalnya, jenis kejahatan jalanan seperti ini sangat mudah ditiru oleh orang yang sedang sulit secara ekonomi dan berpikiran sempit.

“Kabarnya polisi punya tim-tim reaksi cepat. Kerahkan secara cepat dan ajek (stabil). Jangan cuma cepat tapi tak ajek, atau ajek tapi tak cepat. Itu dua syarat efek gentar sekaligus efek jera,” jelasnya.

Yang dikhawatirkan, lanjut Reza, bila penegak hukum tidak bergerak cepat memburu para pelaku penjambretan, masyarakat tidak lagi percaya pada polisi dan akhirnya membuat ‘hukum’ sendiri.

“Kalau berlangsung terus, bisa-bisa terjadi vigilantisme (main hakim sendiri). Ini berbahaya. Jangan sampai terjadi. Namun pada sisi lain, ‘hukum’ seperti itu kerap lebih menakutkan sehingga punya efek gentar dan efek tangkal secara lebih kuat,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, aksi penjambretan dan pencurian handphone marak di Jabodetabek. Dalam sebulan terakhir, ada empat kali penjambretan dan pencurian di Jabodetabek yang terjadi di jalanan. 

Berita Terkait

News Update