ADVERTISEMENT

Pekan Olahraga Nasional 

Sabtu, 2 Oktober 2021 07:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

 

 

Logo PON Papua XX

Dunia olah raga memang terkandung budaya prestasi. Budaya prestasi ini menempatkan olah raga sebagai ilmu, science, dimana seluruh aspek teori, teknik, dan strategi diajarkan. Di dalam dunia olahraga juga terkandung seni. Seni inilah yang menampilkan seluruh teknik permainan olah raga menjadi indah dan berbobot. 

Dalam dunia olah raga, juga diajarkan kepatuhan terhadap aturan main, patuh pada wasit, dan untuk mencapai kemenangan, seluruh atlet taat sepenuhnya pada aturan main. Melalui dunia olah raga, nilai-nilai kompetisi dipahami secara fair. Siapapun yang menjadi juara dipastikan terjadi karena prestasi. Karena itulah tidak heran, ketika melalui dunia olah raga bergelora suatu semboyan “Mensana in corpore Sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat dan kuat.

Semangat Mensana In Corpore Sano inilah yang juga digelorakan Bung Karno guna membentuk karakter dan identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa pemimpin. Bagi Bung Karno, suatu bangsa juga harus mengembleng diri melalui Latihan terus menerus seperti layaknya olah raga. Latihan akan melahirkan stamina. Tidak hanya stamina, olah raga mengajarkan begitu banyak hal penting bagi dunia politik. 

Kegaduhan yang terjadi akibat pernyataan Gatot Nurmantyo misalnya, dapat dilihat dalam perspektif nilai yang terkandung dalam olah raga. Berbagai energi negatif yang terus saja disuarakan, selalu melihat masa lalu, membangkitkan luka lama, dan tidak mampu melihat Indonesia dari perspektif masa depan. Baginya masa depan adalah masa lalu.

Belajar dari dunia dunia olah raga, semua pihak wajib taat pada aturan main. Kalau di dalam dunia olah raga seorang pelatih (baca: pemimpin) selalu melihat prestasi, maka di dalam dunia politik apalagi. Pemimpin  melihat masa depan dengan mengambil nilai-nilai perjuangan masa lalu, merefleksikan dengan jujur pada masa kini, dan merajut masa depan dengan cara pandang yang obyektif, positif, dan terus membangkitkan optimisme.

Apa yang diajarkan oleh Panglima Besar Jendral Sudirman, Jendral Gatot Subroto, Jendral Ahmad Yani, Jendral Besar AH Nasution, dan begitu banyak tokoh TNI lainnya, kesemuanya menempatkan pentingnya sikap negarawan. Para negarawan besar tersebut mengajarkan pentingnya persatuan bangsa. Persatuan bangsa dibangun kokoh di atas ideologi Pancasila. 

Dengan ideologi Pancasila khas Indonesia ini maka bangsa Indonesia membangun jatidirinya agar selalu eksis di dalam menghadapi berbagai bentuk ideologi lain, baik ekstrim kiri maupun ekstrim kanan, yang sama-sama mengandung benih-benih ekstrimisme yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, musyawarah, dan keadilan sosial. 

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Guruh Nara Persada
Contributor: -
Sumber: -
Berita Terkait

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT