JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Harga telur ayam negeri di sejumlah pasar tradisional di Jakarta Barat mengalami penurunan.
Penurunan harga telur hampir terjadi di sejumlah pasar tradisional, salah satunya di pasar Slipi, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.
Meski harga telur ayam turun cukup drastis, namun hal tersebut tidak berdampak dari penjualan telur ayam kepada para pedagang.
Meski harga telur ayam menutun drastis, fakta di lapangan tak berdampak pada meningkatnya pendapatan atau omzet para pedagang.
Menurut salah satu pedagang telur, Ady (56), harga telur ayam negeri di pasat Slipi kini mencapai di angka Rp19 ribu perkilo.
"Perkilonya jual Rp19 ribu sampai Rp20 ribu untuk telur ayam negeri," kata dia kepada Poskota.co.id saat ditemui, Kamis (23/9/2021).
Sebelumnya, harga telur ayam negeri di pasar Slipi mencapai Rp26 ribu perkilonya.
Menurut Ady, harga telur ayam berangsur turun sejak dua bulan terakhir ini.
Hal tersebut seiring dengan penerapan sistem Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di ibukota Jakarta.
"Udah dua bulan terakhir udah mulai turun. PPKM kemarin mulai turun," jelas dia.
Menurunnya harga telur ayam tidak berpengaruh dengan hasil penjualan telur ayam.
"Tidak ada peningkatan, sama saja. Memang daya beli masyarakat yang kurang, segitu-gitu aja," paparnya.
Ady sendiri tidak mengetahui persis penyebab harga telur ayam turun.
Namun yang pasti harga telur ayam turun secara bertahap sejak dua bulan terakhir.
Hal serupa juga dikatakan pedagang lain bernama Sumiyem (65). Saat ini dirinya menjual telur ayam negeri dengan harga Rp20 ribu per kilo.
"Sebelumnya itu Rp24 ribu per kilo, Rp27 ribu per kilo juga pernah," kata dia kepada Poskota.co.id saat ditemui di pasar Slipi.
Dikatakan Sumiyem, meski harga telur ayam turun cukup drastis, ia juga tak merasakan dampak peningkatan daya beli masyarakat.
"Gak ada pengaruhnya, sama saja penjualan," ungkap Sumiyem.
Terpisah, warga yang membeli telur di pasar Slipi, Jakbar bernama Nana (28) mengaku dengan turunnya harga telur ayam, menjadi kabar yang baik untuk dirinya, terlebih ditengah pandemi Covid-19.
"Ya bagus sih ya karena memang jadi lebih terrjangkau walaupun beda Rp5 ribu sangat terasa di tengah pandemi," kata dia saat dimintai keterangan.
Meski begitu, namun Nana prihatin dengan anjloknya harga telur ayam di pasaran. Dia khawatir hal tersebut dapat berpengaruh kepada para pedagang telur di pasar.
"Kalau turunnya anjlok ya kasihan juga pedagang telur di pasar," paparnya.
Nana pun berharap agar harga telur ayam negeri di pasaran bisa kembali normal. Hal itu dikarenakan supaya daya beli masyarakat dapat meningkat.
"Karena salah satu mengembalikan harga telur ayam normal daya beli juga harus meningkat," pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Barat, Iwan Indriyanto mengatakan harga telur ayam turun dikarenakan produksi telur ayam di pasaran sedang banyak.
"Kalau dari pedagang ya mungkin dari produksinya lagi banyak. Biasanya suplainya, kan, normal nih. Mungkin produksi telurnya sudah banyak," kata dia melalui pesan singkat, Kamis.
Menurut Iwan, konsumsi daya beli masyakat masih belum meningkat. Hal itu disebabkan kondisi pandemi yang memang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
"Penurunan harga terjadi sejak awal September, belum tajam saat itu," ucapnya.
"Tapi emang ada beberapa faktor sih. Jadi salah satunya over produksi dari produsen. Jadi mungkin dari sana sudah banyak tapi pembelian belum stabil," sambungnya. (Cr01)