Para tetangga di Banjarsari sudah tahu semua bahwa Handoyo-Astuti sudah lama berkoalisi, tinggal menentukan hari H untuk deklarasi dan kemudian dilanjutkan dengan eksekusi (nikah).
Kata warga Ny. Randa Dadapan, Handoyo – Astuti ini bagaikan Rama dan Sinta.
Lantaran sudah tir padha irenge (sama-cama cinta) Sonto Wagiso orangtua Handoyo mengajukan lamaran. Bawaannya tak hanya seperangkat alat solat, tapi juga perhiasan gelang kalung ditambah uang tunai Rp 10 juta.
Jaman sekarang uang Rp 10 juta untuk mahar, itu kecil sekali. Bandingkan dengan artis Lesti Kejora yang dapat mahar beberapa miliar dari Rizki Billar.
Maklum, Handoyo-Astuti memang bukan artis, sehingga saat lamaran pun tak ada TV swasta yang meliputnya, apa lagi dipanteng berjam-jam.
Dalam acara lamaran itu pun juga dipastikan bahwa pernikahannya akan dilakukan bulan September 2021, tepatnya 11 September pas Hari Radio.
Sekali di ranjang, tetap di ranjang, begitu batin Handoyo saat pengumuman hari H tersebut. Dia pun sudah baca buku lama “Surga Perkawinan” karya Amir Taat Nast. Maksudnya agar di malam pertama nanti berlangsung dengan sukses.
Tapi ternyata sebelum hari H tiba, perkawinan Astuti sudah terjadi. Yang menjadi pengantin lelaki bukan Handoyo tapi Basuki, anak muda yang lain.
Keluarga Sonto Wagiso sama sekali tak diberi tahu. Tentu saja Handoyo kaget sekali. Sambil menangis terisak-isak dia mengeluh pada orangtuanya, “Namaku sudah kondang Pak, tapi kok nggak jadi nunggang?”
Tentu saja Sonto Wagiso marah dan malu sekali. Kalau wayang, rumah Ny. Randa Dadapan pasti sudah digempur, dibruki batang sakyuta.
Untung saja amarah ayah Handoyo ini masih terukur, meski tak bawa meteran. Calon besan itu cukup dilaporkan ke polisi, sekaligus minta dikembalikan segala dana yang telah diberikan sebagai mahar.
Perkawinan Handoyo-Astuti apa karena maharnya paket hemat? (GTS)