Oleh Joko Lestari, Wartawan Poskota
PERKEMBANGAN kasus Covid- 19 di negara kita kian membaik, tak perlu diragukan lagi.
Jumlah warga yang terkonfirmasi positif Covid-19, semakin menurun, juga sebuah fakta yang telah didukung dengan data-data.
Memasuki bulan September 2021, penambahan jumlah warga yang terkonfirmasi Covid-19, stabil di bawah 10 ribu kasus per hari.
Dalam sepekan ini, rata-rata sudah menurun di angka 5.000 kasus per hari.
Melihat tren yang terus menurun dalam beberapa hari terakhir ini hingga 3.779 pada Minggu (12/9/2021), kita meyakini, angka positif akan terus melandai jauh di bawah 5.000 kasus.
Seperti halnya keyakinan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin saat memberi pernyataan di hadapan wakil rakyat.
“Insya Allah bisa menurun di bawah 5.000 kasus per hari,” kata Menkes ketika rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (13/9/2021).
Keyakinan akan menurunnya kasus Covid-19, bukan tanpa alasan mendasar.
Fakta memperlihatkan bahwa angka kesembuhan yang terus meningkat sehingga kasus aktif kian mengecil, angka kematian yang terus menurun.
Di samping, jumlah warga penerima vaksin yang terus meningkat.
Sudah lebih 100 juta warga menerima vaksin, baik dosis pertama, kedua dan ketiga.
Sudah di atas 50 persen dari 208 juta warga yang ditargetkan menerima vaksin.
Dengan semakin banyak warga yang sudah divaksin akan mempercepat terbentuknya kekebalan komunal, yang berarti memperkecil risiko tertular virus corona.
Apalagi didukung dengan meningkatnya kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan dan menaati ketentuan PPKM per level di daerahnya masing-masing.
Kami dapat meyakini saatnya PPKM akan dilepas, kelonggaran diberikan sepenuhnya kepada masyarakat untuk beraktivitas di berbagai sektor kehidupan.
Tak hanya yang esensial dan kritikal semata, tapi semua. Filter diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.
Jika sudah demikian, pertanda persiapan, sebut saja masa transisi bahwa Covid-19 tidak lagi sebagai pandemi, tetapi endemi.
Sebagaimana penyakit influenza, malaria atau demam berdarah atau penyakit musiman lainnya.
Meski bukan pandemi, tetap memiliki risiko, baik tingkat penularan maupun dampak buruknya bagi kesehatan manusia.
Penyakit ini akan selalu ada, meski dengan frekuensi yang rendah.
Yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana kita menyikapi masa PPKM per level sekarang ini sebagai era pelatihan dan persiapan menuju masa transisi sebelum pandemi Covid-19 menjadi endemi.
Ini perlu, agar nantinya tidak terjadi “hiperendemi” begitu memasuki endemi virus corona, seperti banyak diulas para pakar kesehatan.
Disebut hiperendemik, jika kasus melonjak dalam suatu wilayah, peningkatan kasus tersebut mudah terdeteksi di populasi.
Itulah sebabnya, kita semua diminta tidak bersenang-senang karena PPKM semakin diperlonggar.
Tidak euforia dalam beraktivitas karena merasa lebih imun, lebih kebal setelah tuntas mendapatkan vaksin.
Protokol kesehatan harus dimodifikasi bukan lagi sebagai kepatuhan memenuhi kewajiban saat ini, tetapi kebutuhan – sebagai norma hidup sehat di era endemi. (Jokles)