“Ada lowongan nih....,” kata Mirdad menggoda. Jawab Ida ternyata, masukkan saja lamaran dulu, cukup kartu kuning Depnaker dan nggak pakai TWK (Test Wawasan Kebangsaan), kok.
Bagi Mirdad ini bisa dimaknai bahwa Ida memberi lampu hijau untuk dirinya. Lampu merahpun, asal belok kiri boleh langsung.
Keduanya lalu mengatur waktu, kapan bisa ketemu. Kebetulan Ida tak lama lagi hendak ulang tahun yang ke-23.
Dia ingin merayakan di hotel bersama sang mantan. Agar lebih seru, dia juga mengundang sahabatnya, Dewi, 22, untuk ikut memeriahkannya.
Dia punya pacar diajaknya pula biar lebih seru dan ramai.
Tapi ketika tiba di hari H, ternyata Dewi berhalangan, sehingga Dodi, 25, sang kekasih terancam gagal naik ring.
Untung saja Dodi cowok kreatip, sehingga dia pesen cewek panggilan yang biasa disebut Open BO.
Maka dua sejoli itu segera menuju ke hotel yang sudah dipesan oleh Ida.
Mereka pun minum-minum dulu sebagai pemanasan sebelum tiba di acara inti.
Satu hal yang di luar pemikiran Ida, dia sama sekali tidak tahu bahwa malam itu Satpol PP atau Wilayatul Hisbah punya jadwal Operasi Pekat (Penyakit Masyarakat) ke hotel-hotel.
Tak ayal kamar tempat pesta Ida dan kawan-kawan di razia. Karena mereka tak bisa menunjukkan surat nikah, terpaksalah diciduk dan dibawa ke kantor WH Kecamatan Delima.
Ida nangis-nangis ketika keluarganya hendak dihubungi Satpol. Selama ini dia ikut mertua. “Jangan kasih tahu mertua saya Pak, bisa mati gua....” ratap Ida.
.jpg)
.jpeg)
