SAYANG semua sudah terlanjur basah, atau nasi sudah jadi bubur. Biar bubur enak, tapi bubur yang ini jadi bubur beracun. Ini adalah bentuk penyesalan. Menyesal selalu di belakang. Jadi para pelaku nggak sadar kalau apa yang dilakukan bakal bikin rugi sepanjang waktu. Kalau rugi uang bisa dicari, tapi kalau yang dirugikan adalah bentuk perasaan?
Ya, pokoknya perasaan terluka, perasaan malu, dan macam-macam perasaan yang kemudian akan melahirkan penyesalan. Banyak orang bilang, bahwa penyesalan selalu saja munculnya di belakang. Ya, kalau di depan sudah tahu bakalan menyesal, pastinya nggak bakalan orang bikin persoalan? Pasti akan dijaga sekuat tenaga.
Banyak ya orang menyesal karena telah menyia-nyiakan dan bahkan menghabiskan serta menghancurkan apa yang telah mereka bangun cukup lama. Pejabat tinggi, yang nggak amanah terjebak korupsi, lalu ditangkap KPK. Menyesal nggak? Pastilah, kalau nggak nyesel, kebangetan, pasti hatinya dari besi?
Oknum petugas, polisi, polwan, terlibat kejahatan. Oknum Polwan jadi joki penerimaan pegawai? Polisi terlibat narkoba. Mereka seharusnya menjaga, menghalangi kejahatan, eh malah ikutan. Ketika ketahuan, dan harus berurusan dengan hukum. Menyesal nggak?
Oknum Sekretaris Daerah, yang seharusnya mengurusi pemerintahan di daerahnya, eh malah bikin pesta ngobat sama cewek-cewek. Kalau sudah begitu adanya, lalu bagaimana? Payah, dia nggak berpikir kalau negeri ini lagi susah payah melawan Covid 19.
Ketika polisi mencokok preman di pelabuhan, eh ternyata ada orang dalam di situ. Mereka justru yang punya andil, menyetir kumpulan tukang palak tersebut. Wah, cilaka tiga belas deh.
Nah, kalau sudah begini gimana? Kalau mereka pegawai, ya tunggu saja nasib, yang punya jabatan ya bakalan rontok. Bukan itu saja, bagi yang punya malu, pasti akan menanggung malu ya? Sekali gus menyesal. Nyesel gue!
Tapi apa gunanya kalau menyesal di belakang? (massoes)