Ilustrasi Nah Ini Dia Ditinggal Menggarap Ladang, Ladang Bini Digarap Tetangga. (ucha)

Nah Ini Dia

Ditinggal Menggarap Ladang, Ladang Bini Digarap Tetangga

Rabu 02 Jun 2021, 07:30 WIB

ISTRI itu ibarat ladang, yang bisa menggarap hanyalah suami. Tapi Harun, (43), dari NTB, berani betul nyerobot “ladang” Ny. Sarijah, (37), ketika suaminya masih kerja di ladang.

Sialnya, baru “nyangkul” berapa gaclokan, istri Harun menggerebeknya. Dia teriak lantang dan Harun pun kabur entah ke mana.

Dalam Qur’an surat Albaqarah ayat 233 disebutkan: “istrimu adalah ladang bagimu, maka datagilah ladangmu itu kapan saja, dengan cara yang kamu suka.

”Bila ladang biasa bukti pemilikannya berupa serfikat hak milik atau hak pakai, ladang berupa istri tersebut surat kepemilikannya berupa surat nikah yang diterbitkan oleh KUA.

Hanya yang memegang surat nikah sajalah yang berhak menggarap ladang istri. Itu aturan hukumnya. Cuma, ketika iman kalah kuat sama “si imin”, meski bukan ladang miliknya banyak juga yang mencoba menyerobotnya.

Harun petani asal Pajo Kabupaten Dompu (NTB), termasuk lelaki yang suka nyerobot ladang orang. Padahal di rumah dia sudah punya ladang sendiri, yang bisa digarap kapan saja, dengan cara bagaimana pun juga sepanjang sama-sama suka.

\Dan itulah kebanyakan lelaki. Tiap hari hanya bisa menggarap ladang yang itu-itu juga, lama-lama jadi jenuh. Ibaratnya ikan asin, baru terasa enak jikalau benar-benar lapar.

Sebagai petani tanpa dasi, aktivitas Harun sehari-hari memang di ladang bersama petani-petani yang lain. Di sini dia kemudian kenal dengan Ny. Sarijah, istri Hamidi, 40, petani dari tetangga desa.

Kali pertama kenal Ny. Sarijah, Harun sudah merasa kasihan. “Cantik cantik begitu kok mau kerja di ladang, kulit jadi menghitam disengat matahari.” Kata batin Harun penuh simpati dan empati.

Sering ketemu di ladang pertanian, keduanya jadi akrab. Dan Ny. Sarijah memang pekerja yang rajin, dia dengan cekatan bantu suami bercocok tanam.

Dia tak peduli kulitnya yang putih bersih itu mulai menghitam di bagian tertentu karena disengat teriknya matahari. “Ketimbang disengat matahari, saya juga mau kok “nyengat” Sarijah,” lagi-lagi batin Harun berkhayal terlalu ngeres dan jorok.

Dorongan asmara atas bini Hamidi ini semakin menguat, sehingga ketika Sarijah kerja sendiri tanpa didampingi suami, mulai berani menggoda. Ternyata godaan itu mengena, dalam arti Sarijah memberi lampu hijau.

Tentu saja Harun jadi makin bersemangat, sehingga dia memberanikan diri mengajak kencan. Politik asmara cinta memang ya begitu itu, kalau sudah sama-sama cocok tentu kepengin begituan.

Mulailah keduanya mengatur siasat. Ketika Sariah tak ikut kerja di ladang, Harun di ladang mempercepat jam kerjanya. Melihat Hamidi masih tekun menggarap ladang, dia pulang duluan. Bukan ke rumah, tapi menyeliap ke rumah Sarijah.

Dan “ladang” milik Hamidi itu pun benar-benar “dicangkul” Harun dengan penuh nafsu. “Cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung di ladang orang.....” kata Harun.

Demikianlah, berulang kali dia memanfaatkan kelengahan Hamidi untuk menggarap istrinya. Lama-lama para tetangga ada yang membaca gelagat tersebut, sehingga ada yang melapor pada Ny. Dini, 40, istri Harun. “Coba kamu cek, jika di ladang tak ada suamimu, dia malah asyik nyangkul istri Hamidi,” kata sang informan.

Tentu saja Ny. Dini kaget dengar isyu miring tentang suaminya. Pantesan ladang di rumah jarang digarap, ternyata karena ada tawaran ladang lain yang lebih menjanjikan.

Maka sore harinya dia mengecek ke ladang, ternyata yang ada hanya Hamidi suami Sarijah, sementara Harun memang tak kelihatan batang hidungnya, karena sibuk dengan “batangan” yang lain.

Buru-buru Ny. Dini mendatangi rumah Sarijah. Dari luar terdengar suara-suara misterius.  Bini Harun memberanikan diri masuk lewat dapur yang ternyata tak dikunci. Dengan mudah dia bisa langsung ke kamar. Dan benar kata tetangga,

Dini melihat Harun-Sarijah sedang berhubungan intim bak suami istri. “Pamitnya ke ladang, ternyata nggarap ladang orang!” teriak Ny. Dini.

Tentu saja Harun kaget. Tahu yang beteriak istri, dia  langsung loncat dan dengan pakaian seadanya dia kabur. Hamidi yang tahu ladangnya digarap tetangga desa, segera lapor ke Polsek Pajo, dan polisi masih mencari keberadaan Harun. Mungkin dia malu, mungkin juga takut jadi urusan polisi. Jangan-jangan Harun menghilang niru Harun Masiku. (GTS)

Tags:
Nah Ini DiaMenggarap LadangLadang Bini

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor