AWALNYA Samirun, 35, senang betul pengin nikah ada yang menyeponsori. Eh..... nggak tahunya, baru nikah 3 bulan istrinya, Kamiati, 20, sudah hamil 6 bulan.
Usut punya usut, pelakunya adalah mertua sendiri, yang juga ayah tiri Kamiati. Tak terima cuma dijadikan “generasi penerus” Samirun melapor polisi.
Yang biasa jadi sponsor itu pabrik rokok. Rokok Djarum banyak menyeponsori event-event olahraga, bahkan Gudang Garam di Kediri menyeponsori pembangunan bandara.
Tapi di luar perusahaan raksasa, ada juga calon mertua yang siap menyeponsori calon mantu untuk menikahi putrinya. Hal ini musti diwaspadai, jangan-jangan ada batu di balik udang.
Salah satu anak muda yang jadi korban sponsor mertua licik adalah Samirun, warga Lubai, Kabupaten Muara Enim (Sumsel). Awalnya dia senang dan bangga, tak percuma telat nikah, karena kenyataannya kemudian memperoleh istri cantik nan geboy.
Tapi ketika tahu hanya dikadali oleh Mat Anwar, 60, dia jadi naik pitam. Apaan, jadi “generasi penerus” kok hanya urusan selangkangan!
Memang, sampai usia 35 tahun Samirun belum berani menikah. Bukannya tak ada kemauan, tapi kemiskinanlah yang membuanya dia ragu mengakhiri masa lajangnya.
Jaman dulu jaman sekarang, mana ada perempuan mau nikah dengan lelaki tanpa masa depan, hanya modal bonggol tak punya benggol.
Karenanya bila hasrat mendadak meninggi, cukuplah berpuasa atau mengkilik-kilik telinga dengan bulu ayam. Insya Allah gairah lelakinya mereda.
Tiba-tiba Samirun didatangi Mat Anwar orang tua di kampungnya. Setelah ngobrol ngalor ngidul, si kakek ini ngomong ikut prihatin pada Samirun, karena di usia makin meninggi kok belum pernah “mbelah duren”.
Kan kasihan jika hanya jadi kemenyan itu barang! “Mau nggak kamu saya ambil menantu? Kawin sama Kamiati anaku, ” kata Mbah Mat Anwar di ujung kalimatnya.
Maka Samirun pun menjawab dengan sejuta galau. Mau sih mau, tapi minder untuk menikahi gadis cantik macam Kamiati, karena tak punya modal sama sekali.
Wong buat ngempani perut sehari-hari saja kerepotan, boro-boro mikir ngempani yang di bawah perut. “Mbah Mat Anwar kalau bercanda jangan kelewatanlah. Saya kurang pede jadi suami Kamiati......” kata Samirun kemudian.
Ternyata Mbah Mat Anwar terus membesarkan semangat Samirun. Dia bilang bahwa biaya perkawinan, dari mas kawin, seserahan, semua ditanggung Mat Anwar.
Ibarat sepeda motor, semua surat-surat sampai SIM diurus mertua, Samirun tinggal nangkring dan main klakson tet tot tet tot, tet tooot..... doang!
Karena Mat Anwar terus meyakinkan niatnya jadi sponsor, akhirnya Samirun mau juga menikahi Kamiati.
Modal dia hanya potong rambut Rp 20.000,- lainnya menjadi beban Mat Anwar selaku sponsor. Dan di kursi pelaminan ketika resepsi berlangsung, Kamiati memang begitu cantik dan seksi. “Awas, tunggu tanggal mainnya lho ya....” ancam Samirun dalam hati.
Perkawinan berlangsung dengan lancar, dan malam pertama Samirun – Kamiati berlangsung tanpa kendala, semua lancar jaya!
Cuma setelah tiga bulan berlalu, dia kaget karena kata bidan Puskesmas, tahu-tahu istrinya mengandung 6 bulan. Kok sampai tekor berbulan-bulan, jadi pasti ada yang coba-coba intervensi dalam urusan peranjangan.
Setelah didesak Samirun, barulah Kamiati mengaku bahwa kegadisannya sudah diambil ayah tirinya, ya Mbah Mat Anwar tersebut. Dulu sebelum nikah dengan Samirun ayah tirinya berulang kali menidurinya secara paksa.
Kini Samirun baru ngeh, pantesan saat malam pertama tempo hari semuanya lancar jaya tanpa gajlugan atau polisi tidurnya.
“Kurang ajar, kelakuan seperti hewan saja. Jadi generasi penerus model begini memangnya enak?” kata Samirun salah tingkah.
Mat Anwar pun didatanginya, tapi begitu topiknya soal kegadisan Kamiati, Mat Anwar memilih kabur, takut disiram wedang teh macam Munarman. Dan Samirun pun segera lapor polisi, melaporkan kebiadaban mertuanya sendiri. Mau jadi sponsor, ternyata karena sudah kadung nyosorrrr...... (GTS)