ADVERTISEMENT

Banyak Uang Pengin Goyang Malah Nyawanya Melayang

Senin, 10 Mei 2021 07:30 WIB

Share
Karikatur Nah Ini Dia: Banyak Uang Pengin Goyang Malah Nyawanya Melayang. (kartunis: poskota)
Karikatur Nah Ini Dia: Banyak Uang Pengin Goyang Malah Nyawanya Melayang. (kartunis: poskota)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SAAT pegawai swasta masih menunggu keluarnya THR, Jukardi (55), sudah pegang uang tunai Rp135 juta. Mau buat apa? Sebagai duda, ke mana lagi berinvestasi kalau bukan ke urusan selangkangan. Tapi sial, saat goyang gelombang keduanya bersama WTS Tuminah (31) nyawa Jukadi malah melayang.

Bagi orang miskin, menyambut Lebaran 1442 H dengan galau, karena anggaran
untuk bikin ketupat Lebaran masih tanda tanya. Tapi yang berduit macam Aurel bini Atta Halilintar, beli sandal jepit saja harganya sampai Rp 7 juta. Bagi pasangan Youtuber kaya raya, uang segitu mah upil doang! Tinggal bikin konten receh tapi digemari penonton, duit akan datang lagi miliaran.

Jukardi warga Juwana Kabupaten Pati, meski tak sekaya Youtuber terkenal, tapi
beberapa hari lalu benar-benar merasa kaya, sebab ada uang tunai Rp 135 juta di tasnya.

Mau buat apa enaknya ya? Buat nikah, karena dirinya seorang duda? Ah dana yang
tanggung, lagi pula prosesnya masih panjang. Cari pasangan dulu, ngelamar, baru nikah.Itu bisa makan waktu berbulan-bulan.

“Kalau ribet beli kambing, mendingan langsung beli satenya aja Bleh.....” kata
setan membujuki Jukardi. Kalau beli sate kambing kan banyak pilihan, mau bumbu kecap apa bumbu kacang. Mau dibakar setengah mateng atau mau yang setengah gosong? Ini sangat praktis dan ekonomis. Lha kalau terkena sipilis? “Ya jangan lupa minum super tetra Bleh,” kata setan lagi nggak mau kalah.

Dan ternyata Jukardi lebih memilih masukan dari setan. Maka dengan mobil dia
meluncur ke daerah pelacuran langganan para sopir truk di jalan raya pantura antara Desa Tritunggal-Desa Punjulharjo, Kabupaten Rembang. Agaknya Jukardi memang bukan bagian dari soimin dan soimat, karena pagi-pagi sudah keluyuran mencari nikmat.

Waktu baru menunjukkan pukul 09.00. Jukardi langsung dapat buruannya,
Tuminah, seorang penjaga warung yang nyambi jualan “empal gombyok”. Tanpa tawar
menawar lagi, keduanya langsung naik ring. Mungkin karena kurang pede, JuKARDI
menyiapKan sejumlah obat kuat, bahkan minumam suplemen adu banteng dibawa serta pula. Pokoknya goyang terus sampai tua.

Namun sial kuda, baru selesai ronde pertama napas Jukardi sudah tersengal-sengal
macam ikan emas di air yang keruh. ”Sudahlah Mas, istirahat dulu. Gelombang kedua
dilanjutkan nanti saja,” kata Tuminah memberi nasihat. Maka Jukardi pun lalu ke toilet.
Sepuluh menit kemudian dia keluar lagi dan merasa sudah gagah dan rosa-rosa macam Mbah Marijan. Maka Tuminah pun diminta siap-siap, pertempuran gelombang kedua mau dilanjutkan.

Tapi apa lacur, ibarat mobil baru starter dan masuk gigi satu, ketika oper
persneling ke gigi dua, tahu-tahu Jukardi ambruk di perut Tuminah yang memang masih manual. Digoyang-goyang sudah tidak merespon. Buru-buru Tuminah lapor ke pemilik warung dan kemudian diteruskan ke polisi.

Ketika polisi Polsek Rembang Kota tiba, ternyata tubuh Jukardi sudah dingin alias
wasalam. Dari tasnya ditemukan sejumlah obat kuat termasuk minuman suplemen.
Ditemukan pula uang tunai Rp 135 juta. Sesuai dengan alamat pada KTP-nya, maka
keluarga Jukardi pun segera dihubungi. Bisa dibayangkan, seperti apa malunya keluarga, karena mati saja kok di tempat pelacuran.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT