Marullah Matali

Opini

Kebahagiaan yang Hakiki (Hadis tentang Thuubaa) 

Kamis 06 Mei 2021, 08:00 WIB

Oleh : Sekretaris DKI Marullah Matali 

Setiap muslim pasti berusaha untuk memperoleh kebahagiaan. Kita akan membahas 4 hal agar kita bisa mencapai kebahagiaan yang hakiki. 

1. Beramal baik. 

Setiap kita pasti senang pada kebaikan, apalagi ada orang yang berbuat baik pada kita. Kesempatan hidup kita memang harus kita gunakan untuk berbagai kebaikan. Apalagi kalau kita diberi umur panjang dan selalu berbuat kebaikan. Rosulullah saw bersabda : Thuubaa liman thoola ‘umruhuu wahasuna ‘amaluhu

“Berbahagialah orang yang panjang umurnya, dan baik amalnya.” (HR. Ath Thobari dan Abu Nu’aim) 

Hadis yang lain : Khoirun naas man thoola ‘umruhuu wahasuna ‘amaluhuu. 
“Sebaik baik manusia adalah yang panjang umur dan baik amalnya.” (HR. Ahmad) 
Jika seseorang sudah berbuat baik dalam hidupnya maka ia akan menjadi salah seorang yang dicintai Allah swt. 

Firman Allah : Wa-anfiquu fii sabiilillaahi walaa tulquu bi-aidiihim ilat tahlukati wa-ahsinuu, innallooha yuhibbul muhsiniin.

Baca Juga:

“Dan infaklah di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri, berbuat baiklah, sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqoroh: 195). 

2. Apabila menangisi kesalahan yang ia lakukan sebagai tanda penyesalan. 

Dengan demikian seseorang akan meraih kebahagiaan karena mendapat ketenangan dan meyakini ampunan Allah. Rosulullah saw bersabda: Thuubaa liman bakaa ‘alaa khothii-atuhuu.  “Berbahagialah orang yang menangisi kesalahannya.” (HR. Ath Thobroni dan Abu Nu’aim) 

Namun amat disayangkan, banyak yang mudah menangis ketika ada yang meninggal, hartanya hilang, kebakaran, tapi tidak mudah menangis ketika telah melakukan kesalahan

3. Orang yang sibuk dengan aibnya sendiri. 

Selalu introspeksi diri merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan, agar bisa memperbaiki kekurangan atau kesalahan. 

Kholifah Umar bin khottob pernah menyatakan : Haasibuu anfusakum qobla antuhaasabuu “Hitung-hitunglah dirimu sebelum nanti kamu di hitung (pada hari kiamat).”

Sikap seperti ini yang membuat kita bahagia. Dalam hadis, Rosulullah saw bersabda: 
Thuubaa liman syagholahuu ‘aibuhuu ‘an ‘uyuubin naasi. “Berbahagialah orang yang disibukkan oleh aib sendiri daripada menyibukkan diri terhadap aib orang lain.” (HR. Dailami) 

Dalam kehidupan ini, terkadang kita mendapati lebih sibuk dengan aib orang lain, daripada aib diri sendiri. 

4. Orang yang tawadhu’. 

Tawadhu’ artinya rendah hati, tanpa merasa hina dan tanpa rendah diri. Lawannya tinggi hati, sombong atau takabbur. Orang tawadhu’ adalah orang yang tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, meskipun ia punya kelebihan dibanding orang lain. 

Manakala orang tawadhu’ dalam hidupnya, maka ia akan dimasukkkan ke dalam surga, dan ini kebahagiaan terbesar yang akan didapatkan. 

Allah berfirman: Tilkad daarul aakhirotu naj’aluhaa lilladziina laa yuriiduuna ‘uluwwan fil ardhi walaa fasaadaa. Wal ‘aaqibatu lil muttaqiin

“Negeri akhirat itu kami jadikan bagi orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Qoshosh: 83) 

Oleh karena itu tawadhu’ menjadikan orang bahagia. Rosululloh saw bersabda: 
Thuubaa liman tawadho’a fii ghoiri manqoshotin wadzalla fii nafsihii fii ghoiri maskanatin wanfaqo min maalin jama’ahuu fii ghoiri ma’shiyatin wakhoolatho ahlal fiqhi wal hikmati warohima ahladz dzulli walmaskanati. 

“Berbahagialah orang yang rendah hati, bukan karena kekurangan dan rendah diri, bukan karena kemiskinan, berinfak dari harta yang dikumpulkan tidak dalam maksiat, bergaul dengan ahli ilmu dan ahli hikmah (kebijaksanaan) serta menyayangi orang rendah (dhu’afa) dan miskin.” (HR. Bukhori, Ath Thobari dan Baihaqi) 
Dari uraian tadi jelas bagi kita bahagia tidak datang begitu saja, tapi harus ada usaha maksimal kita. Semoga bermanfaat. (*)

Tags:
Cahaya RamadanMarullah Matali

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor