Opini

Harmoko dan Motinggo Busye

Sabtu 16 Jan 2021, 08:49 WIB

BEBERAPA kali pertemuan kelompok sembilan bermasker di Pantai Pluit, Jakarta Utara, selama musim pandemi covid-19 ini, sering diselingi pembicaraan tentang sosok Harmoko.

Di benak saya, sosok lain yang tidak bisa dilepaskan dari Harmoko, adalah seniman dan wartawan Motinggo Busye, lahir Lampung, 21 November 1937 dan meninggal dunia di Jakarta, 18 Juni 1999.

Harmoko dan Busye bersahabat sejak awal 1960- an, ketika sama-sama se ring berkumpul di wilayah Pasar Senin, Jakarta. Mereka sering disebut kelompok seniman Pasar Senin. Harmoko, adalah ketua Persa tuan Wartawan Indonesia Pusat (1973-1983), Menteri Pe nerangan (1987 -1997), Ketua DPR/ MPR (1997 - 1999) dan Ketua Umum DPP Golkar (1993 - 1998).

Saya mengenal Motinggo Busye lewat tulisan-tulisannya berupa novel, cerpen, naskahnaskah drama/fi lm dan fi lm- fi lmya. Judul-judul tulisan berupa novel, cerpen, naskah drama/ fi lm yang masih saya ingat ada lah Malam Jahanam, Malam Pengantin di Bukit Kera, Cintaku jauh di Pulau, Biarkan Musim Berganti, Hari Tidak Ada Cinta, Sebelum Usia 17, Tante Maryati, Cross Mama.

Paling kurang ia telah menulis 200 novel, di antaranya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing. Busye menuliskan 10 ke lebihan Harmoko. Antara lain, Harmoko adalah orang sipil pertama menjadi Ketua Umum Golkar, satu-satunya menteri penerangan yang memegang jabatan itu selama tiga periode (Kabinet Pembangunan IV, V dan VI).

Ketika menjadi menteri penerangan Kabinet Pembangunan IV, mobilnya bernomor B 25, jumlahnya 7. Di kabinet Pembangunan V, mobil Harmoko bernomor B 17, jumlahnya 8. Dalam Kabinet Pembangunan VI, mobilnya bernomor B 18, jumlahnya 9. Nomor-nomor mobil itu diberikan oleh Sekretarian Negara. Jadi Harmoko punya angka berurutan, yakni 7, 8 dan 9.

Menurut Motinggo Busye, angka tujuh itu, angka keramat atau karomah.

“Angka delapan itu dalam fi lsafat kuno Timur dianggap angka bahagia,” ujar penulis novel yang dikagumi novelis Ashadi Siregar tersebut. “Dan angka sembilan dalam ilmu matematika adalah angka nominal tertinggi,” ujarnya lanjut. “Harmoko memang ajaib sebagaimana nomor-nomor mo bilnya selama tigakali masa jabatan menteri.

Padahal nomor itu bukan ia yang pesan, sudah dari Setneg,” demikian antara lain kata Motinggo Busye. (OSD)

Tags:
harmokomotinggo busyemantan menteri penerangannovelis

Reporter

Administrator

Editor