JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Sekretaris Umum (Sekum) Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengatakan, kondisi Habib Rizieq Shihab (HRS) di tahanan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya dalam kondisi sehat dan meminta tetap berjuang terkait pembantaian 6 Laskar FPI.
"Habib alhamdulillah sehat walafiat, tenang, beliau tetap gembira, tersenyum, bercanda, dan beliau menyampaikan pesan bahwa jangan berhenti berjuang dan tidak boleh melupakan pembantaian 6 syuhada, harus terus dibongkar sampe ke akar-akarnya," kata Munarman di Mapolda Metro Jaya, Senin (14/12/2020).
HRS juga berpesan kepada FPI jangan sampai para syudaha yang tewas ditembak menerima apa yang disebut spiral kekerasan.
"Apa itu spiral kekerasan, yaitu kekerasan yang berulang dan berlanjut terus menerus terhadap korban yang sudah dibunuh," pungkasnya.
Munarman menjelaskan, 6 laskar menerima kekerasan berupa serangan fisik yang mengakibatkan meninggal dunia. Kemudian berlanjut dengan kekerasan verbal.
"Mereka dituduh, difitnah bawa senjata, difitnah menyerang, difitnah sebagai pelaku, nah itu kekerasan verbal. Kemudian berlanjut lagi paling gawat adalah kekerasan struktural terus berlanjut," tukasnya.
Baca juga: Tangani Kasus Hukum HRS, Fraksi PKS Minta Aparat Jangan Ciderai Keadilan
Rekayasa kasus terhadap mereka, sambung Munarman, seolah-olah 6 Laskar menjadi instrumen kekuasaan sehingga menjadi tertuduh dan pelaku, bukan korban.
"Ini lah yang kekerasan struktural, dimana kasusnya direkayasa sedemikian rupa seolah-olah sekali lagi saya mau katakan mereka ini pelaku bukan korban," ucapnya.
Munarman mengaku kekerasan terstruktur dilakukan pihak kepolisian terbukti dengan dipanggilnya, salah satu wartawa Forum News Network (FNN), Eddy Mulyadi oleh Bareskrim Polri terkait investigasi ke lapangan dalam perkara 170 KUHP.
Baca juga: Anggota Komisi DPR III Ini Menyesalkan Masalah Protokol Kesehatan Berujung Penahanan HRS
"Dia dipanggil menghadap Bareskrim sebagai saksi. Padahal kan dia cuma memberitakan, jadi nanti kalau kalian ini memberitakan nanti dipanggil saksi juga, padahal cuma memberitakan. Jadi kekerasan struktural ini harus dihentikan," pungkasnya.
Dalam investigasi wartawan kata Munarman tidak ditemukan baku tembak Laskar FPI dengan pihak kepolisian. Dimana awalnya disebut polisi melakukan penembakan karena lebih dulu diserang.
"Tadi kan di awalnya ada tembak menembak kemudian ada serangan tetapi kemudian berubah bahwa mereka ditangkap setelah diinvestigasi oleh teman- wartawan ternyata tidak ada tembak menembak di KM50. Kemudian terjadi serangannya diatas mobil," katanya. (ilham/tri)