JAKARTA - Jelang libur nasional pada 28 Oktober-1 November 2020 mendatang, masyarakat diminta mematuhi protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak hindari kerumunan.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito pun menyampaikan bahwa pada libur panjang tersebut, masyarakat disarankan untuk tidak melakukan kegiatan di luar rumah bila tidak ada keperluan mendesak.
"Keputusan untuk keluar rumah harus dipikirkan secara matang dan mempertimbangkan semua risiko yang ada," jelas Prof Wiku dalam keterangan pers disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia, Selasa (20/10/2020) sore.
Baca juga: Presiden Jokowi Ingatkan Libur Panjang Jangan Terjadi Peningkatan Covid-19
Selain itu, Satgas Penanganan Covid-19 mendorong agar masyarakat yang menerima kunjungan dari keluarga dan sanak saudaranya saat libur panjang ini, untuk tetap menjalankan protokol kesehatan 3M selama menerima tamu. Meskipun tamu merupakan bagian dari keluarga tetap terapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Karena kita tidak tahu dengan siapa sebelumnya keluarga kita tadi berinteraksi," lanjut Wiku.
Wiku mengajak masyarakat belajar dari pengalaman saat libur lebaran Idulfitri dan Hari Kemerdekaan RI tahun ini. Saat Idulfitri, terdapat kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sekitar 69-93% dengan rentang waktu 10-14 hari.
Baca juga: Waspadai Libur Panjang Berisiko Tinggi Penularan Covid-19
Lalu saat libur HUT RI, kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan naik sebesar 58 - 118% pada pekan ketiga Agustus dengan rentang waktu 10-14 hari. "Hal ini dipicu karena kerumunan di berbagai lokasi yang dikunjungi masyarakat selama liburan, serta tidak patuhnya masyarakat terhadap protokol kesehatan," tegas Wiku.
Selain itu ia juga mengajak masyarakat untuk belajar dari penelitian terkait Covid-19. "Menurut (penelitian) Zhou, et Al (2020), pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen, dan menunda kemunculan puncak kasus selama 2 minggu. Ini adalah hal yang penting," tegas Wiku.
Mengurangi Kematian
Lalu, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 40%, dapat melandaikan kurva kasus Covid-19 sebanyak 66% dan menunda kemunculan puncak kasus selama 4 minggu. Bahkan pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 60% dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 91% dan menunda kemunculan kasus selama 14 minggu.
Baca juga: Kasus Kematian di Bali Meningkat, Satgas Penanganan Covid-19 Prihatin
Sedangkan studi lainnya dari Yilmazkuday tahun 2020, dengan judul "Stay at Home Worth to Fight Against Covid-19: International Evidence from Google Mobility Data", dan dibuat dari 130 negara. Menyatakan jika 1% peningkatan masyarakat yang berdiam di rumah akan mengurangi 70 kasus dan 7 kematian mingguan. Bahkan 1% pengurangan mobilitas masyarakat menggunakan transportasi umum baik di terminal bus, stasiun kereta atau bandara, akan mengurangi 33 kasus dan 4 kematian mingguan.
Satu persen pengurangan kunjungan masyarakat ke retail (pusat perbelanjaan) maupun tempat rekreasi, juga akan mengurangi 25 kasus dan 3 kematian mingguan. Begitu juga apabila terjadi pengurangan satu persen ke tempat kerja atau work from office, akan mengurangi 18 kasus dan 2 kematian mingguan. "Bisa kita bayangkan berapa banyak nyawa yang bisa kita lindungi dengan pengurangan kunjungan seperti tadi," ujarnya.
"Untuk itu, semua pihak baik pemerintah daerah dan masyarakat harus meningkatkan sinerginya untuk menjalankan protokol kesehatan secara disiplin untuk mengantisipasi penularan pada masa libur panjang ini," imbuhnya. (johara/ys)