JAKARTA - Menjelang perayaan ’17 Agustusan’, biasanya pedagang pernak-pernik bernuansa merah putih meraup rezeki. Namun tahun ini berbeda, pedagang justru menjerit lantaran jualan mereka sepi pembeli.
Sepinya penjualan pernak pernik untuk merayakan HUT ke-75 Kemerdekaan RI atau Agustusan tahun ini dirasakan oleh para pedagang. Omzet mereka anjlok hingga 60-70 persen.
Seperti terpantau di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Biasanya tahun-tahun sebelumnya, para pedagang meraup untung. Namun tahun ini pandemi virus corona atau Covid-19 membuat usaha mereka hancur.
Penjahit menyelesaikan pembuatan bendera merah putih di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (6/8/2020). (toga)
Yanti, pedagang pernak-pernik Agustusan di Pasar Jatinegara, mengaku pada HUT ke-75 Kemerdekaan RI ini penjualannya anjlok. “Sekitar 60 persen turunnya, pembeli sedikit. Kalau tahun lalu dari awal bulan Agustus sudah ramai pembeli,” katanya, Kamis (6/8/2020).
Yanti menuturkan, ia telah membuka lapak sejak akhir Juli 2020 namun pembeli yang datang bisa dihitung dengan jari. “Kayak hari ini saja (kemarin), buka dari pagi yang beli baru satu. Itu juga cuma bendera saja,” ucapnya.
Yanti menduga, penurunan omzet terjadi karena sejak Mei hingga Agustus ini, sektor ekonomi terpuruk akibat pandemi Covid-19. “Padahal harga nggak kita naikin, sama kayak tahun lalu. Tapi tetap saja sepi,” ungkapnya.
Menjelang peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan RI, omzet penjualan sejumlah pengrajin bendera anjlok diakibatkan adanya pandemi Covid-19.(toga)
Yanti mengaku dari awal sudah khawatir penjualan sepi, sehingga ia mengurangi stok. “Selama bertahun-tahun berjualan, tahun ini yang paling parah. Padahal semua orang tahu, Pasar Jatinegara tersohor tempat belanja pernak-pernik kemerdekaan,” katanya.
“Ya kalau nggak laku paling buat dijual tahun depan. Makanya harus sabar-sabar saja, namanya juga pedagang musiman,” ungkapnya.
BERALIH PEKERJAAN
Belek (52), pedagang bendera keliling juga mengaku penjualannya sepi. “Tahun ini sepi banget, bayangkan saja, saya sudah mutar-mutar hampir 20 km bendera hanya laku lima. Kalau dulu bisa mendapat uang Rp1 juta hingga Rp 1,5 juta dalam sehari. Sekarang paling banter hanya Rp300 ribu sampai Rp 500 ribu,” terang warga Cirebon, Jabar, saat ditemui di Jalan Kesehatan, Gambir.
Pengrajin bendera di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat. (toga)
Pria yang sehari-hari berjualan buah di Pasar Tanah Abang ini, setiap menjelang 17 Agustus selalu beralih profesi sebagai penjual pernak-pernik buat perayaan Agustusan. Hal ini sudah dijalani selama 20 tahun.
“Saya pikir kondisi sekarang ini sama dengan tahun lalu, ternyata jualannya sepi banget,” ucap Belek.
Bapak dua anak ini menjual bendera berkeliling dari Tanah Abang, Menteng, Gambir dan sejumlah lokasi lainnya. “Kadang saya juga sangat sedih mas, sudah muter-muter pendapatan tidak sesuai. Meski begitu saya akan tetap berjualan hingga menjelang 17 Agustus mendatang. Mudah-mudahan mendekati hari H dagangan laku semua. Makanya saya akan tetap berjualan bendera keliling,” katanya. (ifand/wandi/ta/ird/ys)