JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Terik matahari siang itu cukup sengit. Rian (37) menepi di pinggir jalan untuk sekadar berteduh. Tepat di sebuah halte kosong, Rian sambil mendorong gerobak menghentikan langkah kakinya.
Terik matahari siang itu cukup sengit. Rian (37) menepi di pinggir jalan untuk sekadar berteduh. Tepat di sebuah halte kosong, Rian sambil mendorong gerobak menghentikan langkah kakinya.
Sebuah tas kecil berada dipinggulnya. Ia kemudian mengeluarkan uang receh dari tas kecil yang kelihatan sudah usang. Uang petama yang ia keluarkan pecahan Rp20 ribu. Uang itu hasil penjualan ebndera merah putih.
"Alhamdulillah barusan ada yang beli bendera saya," kata Rian sambil tersenyum seakan menutupi kelelahan yang ia rasakan.
Sudah tujuh hari Rian berjualan bendera merah putih dengan menggunakan gerobak minimalis. Sejak pukul 7 pagi, Rian sudah keluar rumah untuk berkeliling ke kampung-kampung.
Sambil mendorong gerobak, Rian seakan tak kenal lelah. Dengan sandal jepit yang ia pakai, kakinya melangkah menyusuri jalan untuk mencari pembeli bendera merah
putih."Paling saya muter sekitar Palmerah sini aja. Kampung ke kampung sama ke perumahan komplek," tuturnya.
Di tengah pandemi Covid-19, tak mengendurkan langkahnya untuk mencari uang demi sesuap nasi dan anak istri.
"Yang beli bendera gak seramai sebelum pandemi Covid-19," pekiknya tiba-tiba.
Semangatnya patut diacungi jempol. Meski keringat sesekali keluar dari kulit kepalanya, hal itu tak menghentikan langkahnya mendorong gerobak untuk berjualan bendera.
"Biasanya yang paling banyak beli ketua RT atau RW yang ada di kampung-kampung," pungkas Rian sambil mengambil sebatang rokok.
Puluhan kilometer Rian menyusuri jalan ibu kota. Meski bahaya kerap menimpanya, masalah itu ia kebelakangkan. Yang terpenting itu bendera merah putihnya laku dipasaran.