Lokalisasi Esek-Esek Peleman, Tegal Mulai Berdenyut Lagi
Selasa, 7 Juli 2020 02:30 WIB
Share
L, penghuni Lokalisasi Peleman, Tegal

KEHIDUPAN  di  Lokalisasi Peleman, Desa Sidaharjo, Kecamatan Sidaharjo, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mulai berdenyut saat hari mulai beranjak malam. Padahal disaat itu banyak makhluk manusia kembali keperaduan.

Lokalisasi ini sejak akhir tahun lalu  mulai kembali bergeliat. Padahal sejak Mei tahun 2017 resmi ditutup bersama empat tempat prostitusi lainnya di Tegal, Jawa Tengah.

Seperti yang diamati Pos Kota pada Minggu (5/7) malam. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 22:00 WIB. Satu persatu wanita berparfum harum  turun dari ojek motor bahkan ada yang diantar becak. Rata-rata wanita muda maupun setengah tua (STW) berdandan seksi. Pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia termasuk Indonesia nyaris tak ada gregetnya di lokasi ini.

Mereka langsung menempati rumah-rumah petak yang jumlahnya cukup banyak. Tiap rumah sedikitnya memiliki tiga sampai empat kamar. Rumah-rumah itu tadinya dibiarkan gulita.

“Kalau rumah lampunya sudah nyala berarti ada penghuninya. Mereka memang kebanyakan tidak tinggal disini,” jelas Mas Nano, penjual nasi goreng, membuka obrolan bersama Pos Kota.

Pria yang sudah menempati lokalisasi esek-esek sejak tahun 1998 itu melanjutkan, para wanita pekerja seks komersial itu mulai datang ke ‘bilik mesra-nya’ sekitar pukul 23:00 malam. “Disini mulai ada kehidupan saat hari menjelang larut malam mas,” bebernya.

 Usai mengisi perut dengan semangkok mie rebus, Pos Kota menyusuri gang demi gang. Rerata rumah-rumah masih gelap karena belum ada ‘kupu-kupu malam-nya’. Sementara yang sudah ada penghuninya hanya diterangi lampu lima watt saja.

Dengan penerangan yang temaram itu memang agak sulit membedakan mana yang kinyis-kinyis maupun yang ‘dipermak’ dengan make-up. Apalagi bagi pria hidung belang yang memiliki penghiliatan rabun.  Salah-salah bisa keblejok .

Di rumah petak yang letaknya paling sudut Pos Kota yang ditemani ‘pemandu syahwat’ mampir. Disambut wanita bahenol yang memperkenalkan namanya Eny. “Yah ginilah keadaannya mas. Sudah gak ada musik lagi. Lampunya pun nyalanya agak redup. Tapi yang penting kami bisa mencari nafkah lagi,” ujar wanita berusia 32 tahun asal Cirebon itu.

Setelah basi-basi dan membayar minuman berupa air mineral dan teh pucuk, kami pun  bergeser ke tempat lain. “Hai...sini mas mampir. Nanti saya kasih yang enak-enak,” goda wanita berkulit putih yang diperkirakan berusia 20 tahunan. “Kalau capek tak pijitin dulu mas,” timpal rekannya sambil menarik-narik jaket yang dikenakan rekan saya.

Halaman
1 2