ADVERTISEMENT

Hasto Minta Pengusaha Teladani Perjuangan Usaha Es Cendol Elizabeth Bandung

Sabtu, 23 Februari 2019 14:27 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mendorong masyarakat untuk gigih berjuang membangun usaha. Dia ingin orang-orang yang baru mulai berusaha, belajar dari kegigihan pemilik usaha kuliner cendol Elizabeth yang sudah terkenal seantero nusantara. Di sela safari politik ke VIII PDI Perjuangan di Bandung, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto sempat menyambangi kediaman pemilik cendol Elizabeth, H. Rochman di Komplek Perumahan Jati Permai, Astana Anyar, Kota Bandung, Sabtu (23/2/2019). "Usaha harus dirintis dari skala yang paling kecil dan terus terus hingga maksimal," katanya. Hasto yang didampingi oleh Ketua DPD PDIP Jawa Barat menututurkan, pada era revolusi industri 4.0, dimungkinkan tumbuhnya usaha-usaha melalui startup, termasuk usaha cendol. Karena itu dia mendorong agar usaha yang dilakukan H Rochman dapat juga dilakukan melalui toko online. Sementara itu, H Rochman, yang juga ketua RT 08/RW 06, Kelurahan Pelindung Hewan, Astana Anyar, Bandung mengungkapkan dirinya telah berjualan es cendol sejak anak-anak. Kini dia yang dibantu putri keduanya, Mariyati berjualan cendol di toko, di dekat Komplek Jaka Permai. "Awalnya, saya membantu paman saya, berjualan es cendol pakai gerobak dorong, keliling kota Bandung. Alhamdulillah, lama kelamaan berkembang, sampai saat ini," ujarnya. Mariyati, turut mengisahkan perjuangan orang tuanya. Menurutnya, H Rochman dari kampung halamannya di Pekalongan datang ke Bandung, ikut pamannya, setelah bapaknya meninggal dunia, pada 1972. Saat itu, H Rochman baru berusia 12 tahun. Di Bandung, membantu pamannya dan jualan es cendol keliling. Setelah merasa bisa mandiri, imbuhnya, pada 1982, H Rochman, berjualan sendiri pakai gerobak, keliling ke Kota Bandung, antara lain, di Jalan Otista, di depan toko tas milik Elizabeth yang menjual aneka ragam tas. Cendol H Rochman, sempat menjadi compliment bagi pembeli tas. Akhirnya, cendol Pak Rochman dikenal dengan nama Cendol Elizabeth. Mariyati menambahkan, bapaknya memindahkan usahanya dari trotoar Jalan Otista, ke toko di dekat Komplek Jati Permai, setelah Pemerintah Kota Bandung melarang pedagang kaki lima (PKL) berjualan di trotoar Jalan Otista. "Sampai saat ini, bapak masih berjualan di Inhoftank," katanya. “Saat ini sudah ada, sekitar 20 pegawai,” lanjutnya. Produksi cendol menggunakan tepung beras dan daun suji. Karena daun suji, sulit mencarinya di pasar. Maka H Fochman menanam sendiri daun suji di lahan seluas 2000 meter. "Alhamdulillah, ini hasil rezeki dari perjuangan dan kegigihan bapak," pungkas Mariyati. (ikbal/mb)      

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT