Di Afrika, Masih Banyak Anak-anak Dijadikan Tumbal Pesugihan
Rabu, 30 Januari 2019 12:50 WIB
Share
TANZANIA – Ditengah kemajuan teknologi  yang pesat, ternyata masih ada masyarakat  Afrika yang bertindak di luar kewarasan. Pekan ini, 10 orang anak di Tanzania ditemukan tewas dengan tubuh termutilasi, alat vital mereka hilang. Anak-anak malang ini diculik sejak Desember tahun lalu dari distrik Njombe, bagian Barat Daya negara itu. Pemerintah Tanzania memberikan motif pembunuhan mereka, yang bagi masyarakat modern zaman now sulit diterima akal: tumbal pesugihan. Hal ini disampaikan sendiri oleh Wakil Menteri Kesehatan Tanzania Faustine Ndugulile. "Pembunuhan semacam ini terkait dengan praktik sihir, ada tren kriminal para herbalis meminta bagian tubuh untuk pesugihan," kata dia seperti dikutip CNN. Praktik semacam ini bukan barang baru di Tanzania dan negara tetangganya, Uganda. Anak-anak ini diculik lalu dijual ke dukun-dukun tradisional. Mereka lalu ditumbalkan untuk pesugihan agar klien sang dukun bisa kaya.  Setiap tahunnya di Uganda ada saja anak yang tewas dimutilasi. Padahal pemerintah Uganda sejak 2009 telah mengumumkan hukuman mati bagi dukun yang membunuh anak-anak. Dalam data terakhir yang dikutip dari USA Today, ada tujuh anak dan enam dewasa yang jadi tumbal pada 2015 di Uganda. Pada 2014, polisi mencatat ada sembilan anak dan empat dewasa yang ditumbalkan. Lima tahun sebelumnya, ada 29 kasus.  Menurut lembaga pelindung anak di Uganda Kyampisi Childcare Ministries (KCM) pada 2017 lalu, jumlah yang tidak dilaporkan diperkirakan jauh lebih banyak. Lembaga ini mencatat ada ribuan anak yang hilang di Uganda setiap tahunnya, puluhan di antara mereka diduga ditumbalkan. Untuk Menang Pemilu Dalam keyakinan sebagian masyarakat Uganda, tumbal darah anak diperlukan untuk membuat seseorang menjadi kaya, membawa hoki, menyembuhkan penyakit, bahkan menang pemilu. Khasiatnya, menurut sebagian kepercayaan primitif di Afrika, akan lebih manjur jika anak itu adalah albino.  Reuters pada pemilu Uganda 2016 lalu memberitakan ada enam kasus mutilasi anak. KCM mengatakan, anak-anak ini ditumbalkan untuk kemenangan pada pemilu. "Beberapa orang meyakini tumbal darah bisa mendatangkan kekayaan dan kekuatan," ujar laporan KCM ketika itu. Pada contoh kasus 2017 di Uganda, seorang bocah perempuan 10 tahun bernama Jane ditemukan dalam keadaan mengenaskan, setahun setelah dia dinyatakan hilang. Ibunya, Cynthia Misanya, menemukan jasad putrinya di bawah rumah mereka, dalam kondisi termutilasi. Dalam penyelidikan polisi, pelaku penculikan Jane adalah tetangganya sendiri, seorang pengusaha bernama Gilbert Odima. Dia mengaku menumbalkan Jane agar bisa menjadi kaya. Dalam wawancara oleh organisasi pelindung pengungsi Norwegia Refugee Council, pada 2016 seorang dukun di Uganda bernama Kibigo Edward membenarkan adanya praktik ini. Dia mengatakan biasanya klien perdukunan akan menyimpan potongan tubuh bocah korban pesugihan di rumah mereka, biasanya alat vital. Jika sudah membusuk, kata Edward, berarti mereka "harus mencari anak baru". KidsRights, organisasi pelindung anak, pada 2017 mencatat ada 650 ribu dukun yang terdaftar di Uganda. Sedangkan dukun yang tidak terdaftar diperkirakan mencapai 3 juta orang. Mereka bersembunyi di balik titel "ahli pengobatan alternatif" atau "herbalis".(tri)
Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -