ADVERTISEMENT

KONCO WINGKING

Senin, 23 April 2018 06:19 WIB

Share
KONCO WINGKING

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

PEREMPUAN adalah bagian utama dari martabat bangsa. Keterbelakangannya justru berdampak buruk. Fakta telah membuktikan dari masa ke masa. Sejarah bangsa kita mengenal RA Kartini dan sederet tokoh perempuan termasuk Dewi Sartika, Tjuk Nyak Dhien dan Marta Tiahahu. Mampu mengukir prestasi hebat. Generasi pewaris masa kini meraih hak politik yaitu duduk di MPR/DPR/ DPD/DPRD sebanyak 30 persen dari jumlah kursi. Konstitusi yang mengatur komposisi keterwakailan di parlemen tersebut adalah matarantai maha karya para perempuan pada era perjuangan merebut kemerdekaan. Lebih-lebih lingkup pemerintahan, bisnis, dan berbagai profesi tidak lagi ada hambatan bagi kaum Hawa menjadi pemimpin. Semua peluang untuk menduduki kursi kepresidenan, kementerian, direksi dan posisi pucuk pimpinan profesi sudah terbuka. Budaya Jawa mengenal sebutan Perempuan Konco Wingking. Dari sudut pandang positif, istilah tersebut dapat dimaknai sebagai istri di belakang peran suami. Kesehariannya tiada kenal letih membentengi martabat sekaligus sumber kasih sayang keluarga. Nilai budaya itu sungguh-sungguh memiliki derajat keagungan. Tidak menempatkan perempuan pada posisi rendah. Walau sebagian orang masih memandang dengan selebah mata. Banyak pria tangguh dan punya pengaruh kuat tingkat lokal, regional hingga internasional karena ada peran Konco Wingking. Ditinggalkan atau berpisah dengan perempuan pendamping setia, auranya menjadi redup hingga padam. Pada era modernisasi, peran perempuan pendamping setia suami tetap sangat dibutuhkan. Sukses anak-anak muda meraih karier puncak pada umumnya juga berkat kasih-sayang, bimbingan serta didikan sejak dalam kandungan ibundanya. Problem bangsa kita yang semakin bergantung pada bangsa asing dapat diminimalisir memalui pemantapkan kembali peran Perempuan Konco Wingking membimbing dan mendidik generasi penerus supaya mampu hidup mandiri. Mengutamakan pemanfaatan hasil cipta, karsa, karya sendiri. Tanpa kemadirian, maka tabiat konsumerisme atau ketergantungan pada orang lain berlangsung masif. Ketahanan nasional pun nyaris rapuh gara-gara digerogoti penyakit serba beli dan minta-minta. Kekuarangan beras, garam, daging, gula, dan sejumlah bahan pokok lain ditempuh lewat impor. Tidak sanggup bayar kontan? Ya... utang atau minta bantuan kepada negara donor. Padahal alam semesta di sekeliling kita berlimpah-ruah energi dan sumber daya mineral. Ironis! Infrastruktur baru sedang gencar dibangun pemerintah di pelosok nusantara serta memperkokoh hak-hak persamaan derajat untuk perempuan, memang kita butuhkan. Namun, ke depan dalam membangun ketahanan nasional hendaknya tidak menyepelekan benteng keluarga yaitu peran mulia Perempuan Konco Wingking – Ibu Rumah Tangga. Pemerintah masa lalu memberi prioritas perhatian melalui Program Keluarga Berencana. Hasilnya membanggakan! ***

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT