“Perlu keteladanan para aparat, pejabat negeri dan politisi dalam mengaktualisasikan sikap konsisten secara permanen. Inkonsisten selain dapat menimbulkan keraguan, juga kebingungan yang pada akhirnya membuat suasana kurang kondusif".
-Harmoko-
Saat ini semakin dibutuhkan sikap konsisten dari seluruh elemen bangsa dalam membangun bangsa dan negara ke depan. Bagi politisi agar tiada henti membela kepentingan rakyat, bagi aparatur sipil negara agar meningkatkan pengabdian, sedangkan bagi pejabat agar semakin amanah, konsisten menelorkan kebijakan yang pro-rakyat.
Konsisten yang berarti tetap pendirian, tidak berubah-ubah, taat asas, taat norma dan taat hukum, termasuk taat atas keputusan hasil pemilu legislatif dan pilpres 2024.
Taat atas keputusan lembaga yang berwenang sebagai penyelenggara pemilu, dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU). Taat atas keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas sengketa hasil pilpres, sebagai keputusan yang final dan mengikat, meski di dalamnya terdapat perbedaan pendapat.
Sikap konsisten, tentu, tidak sebatas menghargai keputusan. Tidak pula sebatas ucapan yang disampaikan atas sebuah penghargaan, tetapi bermakna pula selarasnya antara perbuatan dengan ucapan.
Di dalamnya ada upaya yang dilakukan secara terus menerus dan sungguh-sungguh. Ada keteguhan hati untuk menjalankannya dengan senantiasa menyelaraskan perbuatan dengan ucapan.
Menjadi inkonsisten bilamana tidak melakukan upaya secara sungguh-sungguh. Ingkar atas sikapnya. Perbuatan tidak selaras dengan perkataan, sering berubah-ubah alias mencla-mencle atau plin-plan.
Sikap tidak konsisten dalam peribahasa Jawa sering digambarkan sebagai esuk tempe, sore dele, pagi tempe, sore kedele. Seseorang yang tidak teguh di dalam pendirian. Pagi bilang iya, sore berkata tidak. Atau sebaiknya.
Sikap yang demikian, selain merugikan banyak orang , juga merusak pergaulan dan kehidupan bermasyarakat. Lebih-lebih bagi para elite politik. Selain dapat menurunkan tingkat kepercayaan rakyat, juga akan merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kita semua tahu bahwa martabat dan harga diri pemimpin, elite politik dan pejabat negeri, terletak pada sejauh mana ia jujur dan konsisten dalam bersikap dan bertindak.
Kita berharap, apa pun situasinya seperti sekarang ini, di masa transisi dengan akan berakhirnya pemerintahan sekarang ini, dan menyongsong era pemerintahan baru, sikap konsisten hendaknya tetap menyatu dalam jati diri seseorang apa pun profesinya.
Perlu keteladanan dari para aparat, pejabat negeri dan politisi dalam mengaktualisasikan sikap konsisten secara permanen, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom Kopi Pagi di media ini.