ADVERTISEMENT

Tikus dan konvensi

Jumat, 4 Oktober 2013 08:57 WIB

Share
Tikus dan konvensi

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Oleh S Saiful Rahim “KAU kok masuk sambil senyum-senyum begitu, Dul? Apa maksudmu menertawakan Mas Wargo ya? Awas utangmu bisa ditagih semua sekarang juga, dan tidak diizinkan berutang lagi,” kata lelaki berjaket yang duduk di dekat pintu masuk  warung Mas Wargo seraya bergeser memberi tempat kepada Dul Karung. Memang, seraya memberi salam Dul Karung masuk sambil senyum-senyum seperti tingkah laku orang pikirannya tidak tegak lurus. “Aku geli membaca hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan Institut Kavli, Amerika Serikat seperti yang disiarkan NBCNews,” kata Dul Karungyang sambil mencomot singkong goreng,  duduk di bagian yang sudah dikosongkan dari bangku panjang semata wayang di sana. “Ah, sok pamer kau Dul. Memangnya kau mengerti bahasa Inggris? Bacanya saja gak bisa, apalagi artinya,” komentar orang yang duduk selang tiga di kanan si Dul. “Eh, ibumu itu tidak bisa bertelur, tapi dia tahu mana telur yang baik dan mana yang busuk. Mas Wargo gakbisa bikin singkong tapi dia tahu mana singkong yang enak dan gebu, dan mana pula yang seperti akar pohon pepaya? Hambar dan tidak ada rasanya. Mengapa begitu? Karena manusia diberi akal oleh Allah SWT,”jawab Dul Karung dengan nada agak tinggi. “Sudah, sudah. Jangan bertengkar.Belum sebulan Lebaran sudah cari dosa lagi?” sela Mas Wargo sambil menyodorkan teh manis pesanan Dul Karung. “Katakan kepada kami, apa isi studi atau peneliitian yang membuat kau menjadi geli itu?” sambung Mas Wargo diiringi anggukan beberapa hadirin. “Tikus itu memiliki apa yang disebut sense of place. Dia kenal betul tempat yang pernah dilalui, jadi tikus tidak pernah nyasar,” kata Dul Karung dengan sedikit pongah. “Lalu lucunya di mana?” celetukseseorang entah yang mana dan entah siapa. “Manusia yang mempunyai akal kok bisa menjadi semacam kehilangan sense of place? Bisa nyasar. Padahal nyasar atau kesasaran itu sinonim dari tersesat,” jawab Dul Karung. “Misalnya begini. Kan ada orang yang pernah kalah dalam pemilihan menjadi presiden,anggota DPR, atau jabatan apapun yang melalui proses pemilihan, kok sekarang mencalonkan lagi. Itu kan namanya gak punya sense of place. Tidak tahu diri dan tidak tahu tempat. La itu namanya nyasar, Bung. Parpol yang cari capres dari luar Parpolnya, anggota suatu Parpol yang ikut jadi capres dari Parpol lain, namanya nyasar juga. Kalah sama tikus,” kata Dul Karung seraya ngeloyor pergi. ([email protected])

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -
Berita Terkait

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT