Mahluk Bermata di Puser

Minggu 16 Feb 2020, 09:20 WIB

Oleh S Saiful Rahim

NAH, alhamdullah. Ni dia orangnya datang,” kata orang yang duduk di depan Mas Wargo, pemilik warung kopi tidak bermerk tapi terkenal dengan nama “Warung Kopi Mas Wargo.”

Ketika itu, di pintu masuk warung, terdengar orang mengucap salam dengan ucapan assalamu alaykum yang fasih.

“Siapa yang dimaksud ni dia orangnya? Aku bukan, ya?” tanya Dul Karung yang masuk ke warung mengucapkan assalamu alaykum, sambil mencomot sepotong singkong goreng  yang kebul-kebul.

“Iyalah, yang kumaksud adalah kau, Dul! Habis siapa lagi? Kan yang masuk ke warung langsung menyambar singkong goreng tetapi diutang, cuma kau sendiri di dunia ini, Dul!” kata orang itu lagi, yang lalu disusul tertawa yang ramai dari hadirin. Kecuali Dul Karung dan Mas Wargo, yang memang pantang menertawakan tamu warungnya.

Begini, Dul. Pertama aku ingin mengajukan teka teki padamu.  Mudah-mudahan kau bisa menebaknya,” kata orang itu lagi.

Astagfirullah, kakek-kakek sudah bau tanah kuburan masih saja mau main tebak-tebakan! Ya, sudahlah! Ajukan teka-tekinya,” kata  Dul Karung setengah jengkel.

“Makhluk apa yang matanya ada di pusat? Kau tahu pusat kan? Yang orang kampungmu sebut puser?” kata orang yang duduk di depan Mas Wargo itu lagi.

“Yah, tebak-tebakan begitu, anak-anak yang belum sekolah juga bisa nebak,” jawab Dul Karung  sambil menyeruput teh manis yang baru saja diletakkan Mas Wargo di depannya.

“Memang kamu pernah bersekolah, Dul?” serobot orang yang duduk di ujung kiri bangku panjang, mengundang senyum dikulum para hadirin. Bahkan ada yang terselak minumannya yang baru lewat di tenggorokan.

“Belumlah! Karena itu tadi kujawab teka teki seperti itu anak yang belum sekolah pun bisa menjawabnya. Ya, itu termasuk aku, yang masih belum bersekolah,” jawab Dul Karung membuat semua hadirin tertawa. Bahkan yang sedang minum ada yang terbatuk-batuk.

“Kalau begitu kau tahu dong, makhluk apa yang matanya ada di puser?” tanya orang yang duduk di depan Mas Wargo lagi.

“Itu kan “Ondel-ondel”. Itulah susahnya cari pemain “Ondel-ondel.”  Bukan perlu orang pintar. Orang buta huruf kalau matanya pas setinggi puser “Ondel-ondel”, bisa dipake. Tapi kalau matanya di atas atau di bawah puser “Ondel-ondel” bukan bisa dipake, tapi bisa kecebur got, atau menubruk mobil truk sampah,” jawab Dul Karung seperti seenaknya, padahal itu sebenarnya. Dan orang-orang yang mendengar pun tertawa.

“Ada apa sih dengan “Ondel-ondel?” sambung Dul Karung sambil menoleh ke lawan bicaranya.

“DPRD DKI sedang membuat aturan untuk melarang “Ondel-ondel” dijadikan tontonan dan alat “ngamen” yang mungkin dinilai mengemis di balik kesenian,” jawab entah siapa dan duduknya di sebelah mana.

Astaghfirullah, mencari pengganti Wakil Gubernur DKI Jaya yang penting saja belum juga ketemu, eh sekarang malah mau ngurusin “Ondel-ondel.” Kalau “Ondel-ondel” jadi kurus, namanya bukan “Ondel-ondel” dong, tetapi “Ondil-ondil”, sambar orang yang duduk di ujung kanan bangku panjang, mengundang tertawa meriah dari para hadirin.

“Sudah-sudah-sudah! Warung ini jangan dijadikan semacam Gedung DPRD DKI, tempat orang ngomong tidak karuan,” kata Dul Karung sambil pergi meninggalkan warung kopi Mas Wargo dengan begitu saja.

“Hlo, kamu mau tindak ke mana, Dul?” tanya seseorang yang berlogat Tegal sangat kental kepada Dul Karung.

“Mau mencari “Ondel-ondel” yang lagi nggak ngamen. Mau ukur mataku pas di pusernya apa nggak sih,” jawab Dul Karung sambil tambah bergegas meninggalkan warung Mas Wargo. (***)

 

 

News Update