JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Oji, 25 tahun, duduk di depan rumahnya yang terletak di Gang Empang RT 01 RW 22, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara.
Dia menyalakan sebatang rokok, menghirupnya dalam-dalam, lalu mengembuskan asap ke udara.
Di sudut matanya, ada sorot kepasrahan. Sebagai warga pesisir, dia sudah terlalu sering menghadapi banjir rob.
"Sudah tahu sih bakal ada rob akhir bulan ini. Dari media sosial juga banyak yang ngomong. Tapi ya biasa aja, enggak ada persiapan khusus," kata Oji santai saat ditemui pada Kamis, 13 Maret 2025.
Baca Juga: Meriahnya Tradisi Ngadu Bedug di Malam Ramadan
Tangannya sesekali memainkan kunci motor yang tergeletak di meja kayu. Motor itu sudah beberapa kali terkena rob, dan ia tahu, lama-lama bakal rusak.
"Kalau kena air asin di sini mah, barang-barang enggak ada yang tahan lama. Motor-motor warga sini aja udah banyak yang hancur," lanjutnya.
Banjir rob memang bukan cerita baru bagi warga Muara Angke. Setiap pagi antara pukul 08.00 hingga 10.00, air pasang datang tanpa permisi, menggenangi jalan-jalan kecil hingga masuk ke rumah warga.
Barang-barang yang bisa diselamatkan buru-buru diangkat ke tempat yang lebih tinggi, sementara yang tidak sempat diamankan harus rela rusak terkena air asin.
Baca Juga: Kisah Deni Alik Pengantar Jenazah, Rela Antar dari Depok sampai Aceh
"Paling cuma mindahin barang ke tempat lebih tinggi aja, selebihnya ya tinggal nunggu surut. Biasanya sore udah mulai kering lagi," ungkap Oji.