LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Suara bedug memecah langit malam di Kampung Pojok, Desa Curug Badak, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak. Tradisi "Ngadu Bedug" kembali digelar, menandai datangnya bulan suci Ramadan 1446 Hijriyah.
Malam itu, suara bedug terus menggema di seantero kampung. Tradisi yang telah bertahan selama bertahun-tahun ini bukan hanya menghidupkan Ramadan, tetapi juga menguatkan kebersamaan yang menjadi akar dari kehidupan sosial masyarakat Kampung Pojok.
Instrumen yang terbuat dari kayu dan kulit binatang seperti kambing atau kerbau ini memiliki fungsi penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di Kabupaten Lebak. Di setiap masjid, suara bedug menjadi penanda waktu sholat.
Sementara di bulan Ramadhan, bedug juga menjadi simbol datangnya waktu berbuka puasa.
Baca Juga: Jeritan Rakyat ketika Harga Cabai Tembus Rp160 Ribu
Di Kampung Pojok, bedug bukan hanya sekadar penanda waktu ibadah, sebab ada tradisi Ngadu Bedug yang menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antarwarga. Suara dentuman bedug yang bertalu-talu menambah semarak malam Ramadan, menciptakan suasana penuh kehangatan dan kebersamaan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, warga dari berbagai kalangan usia berbondong-bondong berkumpul di Musala Al-Mukhlisin untuk memeriahkan acara yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat setempat ini.
Sejak selesai Salat Tarawih hingga menjelang sahur, semangat dan antusiasme warga terlihat jelas. Puluhan peserta berbaris rapi, bersiap untuk menabuh bedug sekuat tenaga. Mereka bukan hanya sekadar bertanding, tetapi juga menjaga tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.
Baca Juga: Cerita Tiga Desa di Pandeglang Terendam Banjir Luapan Sungai Cipunten Agung
Murtisah, salah satu peserta Ngadu Bedug, mengungkapkan kebanggaannya terhadap tradisi ini. Menurutnya, Ngadu Bedug bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi ajang untuk menjaga kebersamaan dan memperkuat ikatan sosial antarwarga.
"Alhamdulillah, setiap tahun kami tetap melaksanakan tradisi ini. Selain untuk menghibur, juga sebagai bentuk menjaga kebersamaan dan tali silaturahmi. Ini bagian dari kebudayaan masyarakat kami yang harus terus dilestarikan," ujarnya, Rabu, 12 Maret 2025.
Dia menjelaskan, tradisi ini telah diwariskan oleh para leluhur dan tetap dijaga keberlangsungannya hingga kini. Bahkan, acara ini tidak hanya melibatkan warga Kampung Pojok, tetapi juga menarik partisipasi warga dari kampung-kampung sekitar di Desa Curug Badak.
"Bukan hanya di sini saja, kampung lain di desa ini juga melaksanakan Ngadu Bedug. Kadang-kadang, kami juga mengadakan lomba antar-kampung untuk menambah keseruan," jelasnya.
Sebagai tradisi yang memiliki nilai budaya dan sosial yang tinggi, warga berharap Ngadu Bedug dapat terus dipertahankan dan bahkan semakin meriah di tahun-tahun mendatang. Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya leluhur, tradisi ini juga menjadi simbol harmoni dan keharmonisan masyarakat.
"Kami ingin tradisi ini tetap hidup dan semakin ramai. Ngadu Bedug bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga membawa banyak manfaat bagi kami semua," kata Murtisah penuh harap.
Di tengah derasnya arus modernisasi, Ngadu Bedug tetap menjadi simbol kebanggaan, tradisi yang terus bertahan di hati masyarakat Lebak.