Cerita Tiga Desa di Pandeglang Terendam Banjir Luapan Sungai Cipunten Agung

Minggu 09 Mar 2025, 11:27 WIB
Sejumlah warga sedang melakukan evakuasi dalam bencana banjir di BTN Setul, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Jumat, 7 Maret 2025. (Sumber: Poskota/Samsul Fatoni)

Sejumlah warga sedang melakukan evakuasi dalam bencana banjir di BTN Setul, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Jumat, 7 Maret 2025. (Sumber: Poskota/Samsul Fatoni)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Banjir yang melanda tiga desa di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, terjadi pada momen yang tak terduga.

Saat sebagian besar warga masih terlelap atau bersiap santap sahur, air bah dari Sungai Cipunten Agung perlahan merayap naik, merendam ratusan rumah. Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 7 Maret 2025, sekitar pukul 03.00 WIB dini hari.

Desa Teluk menjadi wilayah yang paling terdampak dengan 400 rumah terendam, disusul Desa Kalanganyar dengan 250 rumah, dan Desa Labuan sebanyak 30 rumah.

Hujan deras yang mengguyur sejak malam sebelumnya membuat debit air sungai meningkat drastis, hingga akhirnya meluap ke permukiman warga.

Baca Juga: Kuali Raksasa Bobon Santoso Beraksi, Soto untuk 1.000 Murid di Mapolres Serang

Camat Labuan, Yayat Hidayat, mengungkapkan kondisi banjir saat ini belum sepenuhnya surut. Aliran air dari Sungai Cipunten Agung masih tinggi, sehingga rumah-rumah yang terdampak tetap dalam kondisi tergenang.

"Mudah-mudahan saja tidak hujan lagi dan air segera surut," ujarnya.

Banjir kali ini bukan sekadar genangan biasa. Dedi Irawan, seorang warga BTN Cipunten Agung, menggambarkan betapa derasnya luapan air yang datang tiba-tiba di tengah malam.

"Air naik begitu cepat, sampai mencapai dada orang dewasa. Bahkan di beberapa titik, ada yang hampir setinggi leher," katanya.

Baca Juga: Hilang Wangi Pasar Bunga Rawa Belong: Pedagang Memilih Jualan di Pinggir Jalan 

Tak hanya rumah warga yang terdampak, infrastruktur pun ikut luluh lantak diterjang banjir.

Jembatan penghubung antara Kabupaten Pandeglang dan Serang di Desa Cinoyong, Kecamatan Carita, putus akibat derasnya luapan air dari Kali Cinoyong. Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 7 Maret 2025, sekitar pukul 00.00 WIB, saat hujan deras tak kunjung reda.

Jembatan Leuwi Jatatan, yang memiliki panjang sekitar 50 meter, kini tak bisa lagi digunakan. Akses masyarakat dari Cinoyong, Pandeglang menuju Desa Bantarwangi, Cinangka, Serang, lumpuh total.

Ketua Pokdarwis Cinoyong, Riandi menyampaikan, jembatan yang dibangun melalui swadaya masyarakat tahun lalu itu tak mampu menahan derasnya arus sungai.

"Saat hujan turun deras sejak malam, debit air terus naik. Hingga akhirnya, jembatan itu putus," ujarnya.

Putusnya jembatan ini menambah daftar dampak buruk akibat banjir. Warga yang biasa menggunakannya untuk pergi ke pasar, sekolah, atau bahkan mengunjungi destinasi wisata di Desa Cinoyong, kini harus mencari jalur alternatif. Namun, jalan utama yang tersisa pun kondisinya masih rusak.

Masyarakat berharap ada perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pusat untuk segera membangun kembali jembatan tersebut.

"Kami sangat berharap ada bantuan segera. Akses kami lumpuh, dan ini berdampak besar bagi aktivitas sehari-hari warga," pungkas Riandi.

Kini, ratusan keluarga di Labuan dan sekitarnya hanya bisa menunggu air surut sambil berharap tidak ada hujan susulan yang memperparah keadaan.

Sementara itu, di Cinoyong, warga harus bersabar dengan kondisi tanpa jembatan, menanti uluran tangan pemerintah untuk memulihkan kembali akses mereka yang terputus.

Berita Terkait
News Update