DEPOK, POSKOTA.CO.ID – Bencana banjir melanda Perumahan RGS 7, RT 01 RW 01, Rawa Denok, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, pada Sabtu sore, 8 Maret 2025, kemarin.
Salah satu rumah milik warga bernama Widodo, 57 tahun, yang berada di Blok B6, mengalami kerusakan parah setelah tembok pembatas dengan Kali Rawa Denok jebol akibat derasnya arus air.
Saat kejadian, Widodo tengah berusaha menyelamatkan istri dan dua anaknya yang masih berada di dalam rumah.
Tiba-tiba, tembok belakang rumah yang berbatasan langsung dengan kali jebol sekitar pukul 14.30 WIB akibat hujan deras disertai angin kencang.
"Air sangat deras masuk ke dalam rumah, menghanyutkan barang elektronik dan seluruh perabotan di lantai satu," ujar Widodo kepada Poskota sembari menahan rasa sakit akibat luka di kakinya, Minggu, 9 Maret 2025, siang.
Baca Juga: Cerita Tiga Desa di Pandeglang Terendam Banjir Luapan Sungai Cipunten Agung
Ia dan keluarganya kini mengungsi di rumah tetangga yang berada di depan rumahnya.
Widodo menyebutkan bahwa dalam rumah saat itu ada empat orang, yakni dirinya, sang istri Sulistianingrum, 55 tahun, serta dua anak mereka, Navisa, 27 tahun, dan Reyhan, 22 tahun.
Perabotan rumah hanyut terbawa arus, termasuk tiga unit motor di garasi yang berhasil diselamatkan oleh warga.
Widodo baru menyadari bahwa ia dan kedua anaknya mengalami luka-luka akibat kejadian tersebut.
"Luka saya yang paling parah, ada 14 jahitan di kaki kanan. Anak pertama, Navisa, mengalami luka sobek di kaki kanan dan harus menerima 8 jahitan. Sementara Reyhan hanya mengalami luka lecet di jempol kaki kiri," tuturnya.
Ketiganya langsung dibawa warga ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Beruntung, sang istri tidak mengalami luka apa pun.
Penyebab Banjir
Menurut Widodo, banjir ini disebabkan oleh jebolnya turapan tebing setinggi 5-6 meter yang berfungsi sebagai pembatas antara pemukiman warga dengan perumahan.
Material turapan menutup aliran air kali, menyebabkan air meluap dan menghantam tembok rumahnya yang tidak diplester hingga jebol.
"Pondasi dasar turapan sepertinya tidak kuat menahan tekanan air yang tinggi, sehingga jebol dan menghancurkan tembok rumah," ujarnya.
Sebelum tembok rumahnya roboh, ia sempat mendengar suara retakan keras sebelum akhirnya air menerjang ke dalam rumah.
Baca Juga: Terobos Banjir, Presiden Prabowo Sambangi Korban Banjir di Bekasi
Trauma
Akibat kejadian ini, keluarga Widodo masih trauma dan enggan kembali ke rumah.
"Kami masih takut, apalagi kalau hujan turun lagi. Lebih baik mengungsi dulu di rumah tetangga," ujar Navisa.
Navisa yang bekerja di Kementerian Budaya RI pun harus izin tidak masuk kerja selama beberapa hari karena masih dalam proses penyembuhan.
Widodo memperkirakan total kerugian mencapai Rp50 juta. Ia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk melakukan pelebaran kali serta perbaikan saluran air agar kejadian serupa tidak terulang.
Kekhawatiran Warga Lainnya
Warga lain di Blok 11, Hera, 47 tahun, juga mengaku khawatir setelah banjir ini.
"Rumah ini baru saya beli setahun lalu dengan harga Rp500 juta secara tunai. Namun, saya baru sadar ternyata kali di belakang rumah hanya selebar satu meter," ujarnya.
Ia juga menyesalkan kondisi rumah yang dibelinya dari pengembang. "Rata-rata warga yang membeli secara tunai hanya diberi kwitansi tanpa sertifikat. Pengembangnya juga tidak bertanggung jawab atas masalah yang terjadi," tambahnya.
Selain itu, tanggul turapan yang jebol juga menghantam dinding rumahnya hingga retak. "Baru seminggu saya renovasi kamar mandi, eh sekarang temboknya retak akibat hantaman banjir. Saya takut kejadian seperti Pak Widodo bisa terjadi di rumah saya," ungkapnya.
Baca Juga: 6 Rumah di Kampung Adat Cireundeu Rusak Diterjang Banjir, 2 Warga Luka Tertimpa Tembok Jebol
Evakuasi Warga dan Respons Pemerintah
Wakil Wali Kota Depok, Chandra, yang meninjau lokasi mengatakan bahwa tembok rumah warga seharusnya tidak dijadikan sebagai pembatas kali.
"Seharusnya ada turapan yang berfungsi sebagai pengaman bantaran sungai, bukan tembok rumah warga," tegasnya.
Selain rumah Widodo yang terdampak, ditemukan juga dua titik longsor yang berpotensi membahayakan warga sekitar.
"Kami segera berkoordinasi dengan dinas terkait, terutama Dinas PUPR, untuk melakukan mitigasi agar kejadian serupa tidak terulang. Jika diperlukan, warga yang rumahnya berada di pinggir bantaran kali harus segera dievakuasi," tambahnya.
Chandra menegaskan bahwa jika hujan kembali turun, risiko jebolnya tembok rumah lainnya sangat tinggi.
"Kami tidak ingin ada korban lebih banyak. Perintah dari Pak Wali Kota jelas, saya diminta turun langsung untuk melihat permasalahan di lapangan dan mengambil keputusan cepat demi keselamatan warga," tutupnya.