JAKARTA,POSKOTA.CO.ID - Sebanyak empat orang menjalani perawatan di rumah sakit umum daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta Barat, akibat terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Seksi Pelayananan Medik RSUD Tamansari, dr Ngabila Salama, menyebut jumlah ini merupakan angka pasien per Jumat, 7 Maret 2025.
"Masih ada empat kasus DBD dirawat di RSUD Tamansari, tiga orang dewasa dan satu anak," kata Ngabila dikonfirmasi, Jumat.
Sementara pada bulan Oktober 2024 tercatat empat orang menjalani perawatan di RSUD Tamansari karena DBD terdiri dari empat orang dewasa.
Baca Juga: Waspadai Puncak Kasus DBD di Jakarta
Lalu November 2024, 17 orang terdiri delapan orang dewasa dan sembilan anak, kemudian pada Desember 14 orang terdiri dari lima orang dewasa dan sembilan anak.
Meski demikian, Ngabila menyampaikan sejauh ini belum ada kasus kematian akibat serangan DBD.
"Semua masih aman terkendali, karena belum ada perubahan keparahan pada kasus DBD yanf ditemukan," jelasnya.
Sementara itu, Ngabila menyampaikan, di RSUD Tamansari sendiri, keterisian tempat tidur rawat inap naik sekitar 20 sampai 30 persen dari 60 menjadi 80-90 persen selama bulan Maret 2024, dampak dari kenaikan kasus DBD.
"70 persen kasus yang dirawat adalah anak mayoritas usia SD dan SMP," tukasnya.
Ngabila menuturkan, peningkatan kasus terjadi efek dari kemarau ekstrem panjang atau El Nino pada Bulan Juli sampai November. Ia menyebut, tahun 2023 tren kasus DBD, melonjak.
"Tren kasus DBD akan meningkat pasca el nino dan pola kenaikan per bulannya khas pada musim penghujan dan sama dari tahun ke tahun akan mulai meningkat Desember, puncak April, lalu kembali turun," tukasnya.
Baca Juga: Satu Keluarga di Depok Terjangkit Chikungunya
Hal ini karena musim hujan menyebabkan peningkatan kelembaban udara atau relative humidity (RH) meningkat, sehingga yamuk mudah berkembang biak.
"Selain itu juga kontainer berisi air bisa menjadi tempat berkembang biak jentik. Tetesan air hujan juga menjadi media perkembangan nyamuk," paparnya.
Ditegaskan Ngabila, pola kasus DBD setiap tahunnya akan selalu sama, yakni mulai meningkat pada Desember dan akan mengalami puncak di bulan April, lalu kembali menurun.
"Karena saat musim hujan lebih berpotensi genangan air untuk tempat perindukan nyamuk, pancaroba membuat imunitas seseorang menurun, dan kelembaban udara tinggi saat musim hujan atau relative humidity (RH) tinggi membuat nyamuk DBD (aedes aegepty) lebih mudah berkembang biak," jelasnya.
Adapun, penanganan terhadap pasiem DBD juga dilakukan secara serius, yakni dilakukan rehidrasi cairan dan pemberian obat-obatan sesuai dengan gejala pasien.
Sebab Ngabila mengatakan, terkadang pasien DBD datang dengan campuran infeksi lain seperti batuk hingga tipes.
"Maka dilakukan terapi sampai sembuh dan trombosit normal, baru dipulangkan," pungkasnya.
Langkah antisipasi yang dilakukan RSUD Tamansari yakni dengan menyiagakan tenaga kesehatan dan ruang perawatan baik di IGD, maupun rawat inap biasa.
"Jika ada kenaikan kasus, fasilitas kami tetap memadai untuk penanganan," jelasnya.
Meski demikian, Ngabila menyampaikan, masyarakat tak perlu khawatir dengan kasus DBD yang diperkirakan meninglat pada Maret-April 2025 ini.
Apalagi sampai saat ini ia memastikan belum ada temuan kasus kematian akibat DBD.
"Cegah sakit dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan utamanya PSN 3M plus dan vaksinasi," pungkasnya.
Sementara, di Puskesmas Kembangan, petugas pelayanan Puskesmas menyampaikan bahwa di Puskesmas tidak ada rawat inap. Pasien DBD biasanya akan dirujuk ke rumah sakit ataupun RSUD.