POSKOTA.CO.ID - Menjelang bulan suci Ramadhan, umat Islam di berbagai penjuru Indonesia memiliki tradisi yang telah diwariskan turun-temurun, yaitu ziarah kubur.
Tradisi ini tidak hanya sekadar bentuk penghormatan kepada leluhur dan orang-orang terkasih yang telah meninggal dunia, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang mendalam.
Ustaz Abdul Somad (UAS), menjelaskan bahwa ziarah kubur merupakan amalan yang dianjurkan dalam Islam, terutama dalam rangka mengingat kematian dan mempererat doa kepada mereka yang telah berpulang ke rahmatullah.
Ziarah Kubur dalam Islam: Sebuah Pengingat akan Akhirat
Dalam salah satu ceramahnya, Ustaz Abdul Somad menegaskan bahwa ziarah kubur adalah amalan yang diperbolehkan dan bahkan dianjurkan dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW:
"Dahulu aku pernah melarang kalian untuk menziarahi kubur. Sekarang, berziarahlah, karena sesungguhnya ziarah kubur itu dapat mengingatkan kalian kepada akhirat." (HR. Muslim No. 977)
Menurut beliau, makna mendalam dari hadis ini adalah bahwa manusia sering kali terlena dengan kehidupan duniawi. Dengan berziarah ke makam, seseorang diingatkan akan kefanaan dunia serta kepastian datangnya kematian. Hal ini akan mendorong mereka untuk memperbanyak ibadah, memperbaiki amal, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Ustaz Abdul Somad juga menyampaikan bahwa dalam Islam, berziarah bukan sekadar datang ke makam, tetapi juga memiliki adab dan doa khusus yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ketika seseorang memasuki area pemakaman, dianjurkan untuk mengucapkan salam kepada para penghuni kubur, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis berikut:
"Salam sejahtera bagi kalian, wahai penghuni kubur, dari kaum mukminin dan muslimin. Kami insya Allah akan menyusul kalian. Aku memohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan kalian." (HR. Muslim No. 975).
Baca Juga: Menggapai Keutamaan Ramadhan: Panduan Ustaz Adi Hidayat untuk Menghafal Al-Qur'an dengan Efektif
Ziarah Kubur Sebelum Ramadhan: Tradisi yang Sarat Makna
Di Indonesia, tradisi ziarah kubur sebelum Ramadhan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Muslim. Biasanya, keluarga besar berkumpul untuk mendatangi makam orang tua, kakek-nenek, atau kerabat lainnya yang telah meninggal dunia. Mereka membersihkan area pemakaman, menaburkan bunga, dan mendoakan arwah para leluhur agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.
Ustaz Abdul Somad menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar kebiasaan turun-temurun, tetapi memiliki dimensi spiritual yang sangat penting. Dengan mengingat kematian, seseorang akan semakin termotivasi untuk memanfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, memperbanyak amal ibadah, serta memperbaiki diri dari dosa-dosa masa lalu.
Beliau juga mengingatkan bahwa meskipun ziarah kubur merupakan amalan yang baik, umat Islam harus tetap berpegang pada tuntunan syariat dalam pelaksanaannya. Beberapa hal yang ditekankan oleh beliau adalah:
1. Tidak meminta atau berdoa langsung kepada penghuni kubur
Ustaz Abdul Somad menegaskan bahwa ziarah kubur bertujuan untuk mendoakan orang yang telah meninggal, bukan meminta sesuatu dari mereka. Dalam Islam, hanya Allah yang berhak dimintai pertolongan. Rasulullah SAW bersabda:
"Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim No. 1631)
Dari hadis ini, beliau mengingatkan bahwa peran utama seorang Muslim yang masih hidup adalah mendoakan kebaikan untuk mereka yang telah tiada, bukan berharap mendapat keberkahan dari kuburan tersebut.
2. Menghindari ritual yang tidak sesuai dengan ajaran Islam
Beliau juga menekankan pentingnya menghindari praktik-praktik yang tidak dicontohkan Rasulullah SAW, seperti menyembah atau mempersembahkan sesajen di kuburan. Islam mengajarkan bahwa amal seseorang ditentukan oleh perbuatannya sendiri selama hidup, dan tidak ada yang bisa mengubah takdir seseorang setelah meninggal kecuali doa dari anak yang saleh dan amal jariyah yang ia tinggalkan.
3. Memanfaatkan Momen Ziarah untuk Introspeksi Diri
Selain mendoakan keluarga yang telah meninggal, Ustaz Abdul Somad juga menganjurkan agar setiap Muslim yang berziarah menjadikannya sebagai ajang introspeksi diri. Dengan mengingat kematian, seseorang diharapkan semakin terdorong untuk memperbaiki diri, meningkatkan amal ibadah, serta menyiapkan bekal terbaik untuk kehidupan setelah mati.
Dalam sebuah ceramahnya, beliau berkata, “Orang yang cerdas bukanlah yang sekadar mengumpulkan harta, tetapi yang mempersiapkan dirinya untuk kematian dengan amal saleh.”
Menyambut Ramadhan dengan Hati yang Bersih
Tradisi ziarah kubur sebelum Ramadhan sejatinya merupakan salah satu bentuk persiapan spiritual sebelum memasuki bulan suci. Dengan mengunjungi makam orang-orang tercinta, seorang Muslim diingatkan untuk memperbaiki hubungannya dengan Allah dan sesama manusia.
Ustaz Abdul Somad mengingatkan bahwa selain ziarah, umat Islam juga perlu membersihkan hati dengan cara meminta maaf kepada sesama, memperbaiki ibadah, serta meningkatkan amal kebajikan. “Ziarah ini harus menjadi pemicu untuk semakin rajin beribadah, bukan sekadar formalitas tahunan,” ujarnya.
Di akhir ceramahnya, beliau berpesan agar umat Islam memanfaatkan momen Ramadhan sebaik mungkin, karena tidak ada jaminan bahwa seseorang akan bertemu dengan Ramadhan berikutnya.
"Jika engkau berziarah dan melihat nisan mereka, sadarilah bahwa kita pun suatu hari akan berada di sana. Maka, siapkan amal kita dari sekarang."
Ziarah kubur sebelum Ramadhan bukan hanya tradisi yang diwarisi secara turun-temurun, tetapi juga memiliki nilai ibadah yang tinggi. Ustaz Abdul Somad mengajarkan bahwa tradisi ini dapat menjadi sarana untuk mengingat kematian, memperkuat doa bagi keluarga yang telah meninggal, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya memanfaatkan waktu dengan amal saleh.
Dengan menjalankan ziarah sesuai tuntunan Rasulullah SAW, umat Islam diharapkan bisa menyambut bulan suci Ramadhan dengan hati yang bersih, penuh keikhlasan, serta kesiapan spiritual yang lebih baik.