POSKOTA.CO.ID – Saat Ramadhan, Salat Tarawih adalah ibadah yang hanya dijalankan di bulan penuh ampunan tersebut.
Ini menjadi ciri khas tak terpisahkan dari bulan Ramadhan, yang di mana segala kebaikan dan amal salih akan dilipatgandakan pahalanya.
Momentum bulan Ramadhan dikenal dengan dua jenis ibadah yang paling khas, yakni ibadah puasa dan ibadah Salat Tarawih.
Baca Juga: Anies Prioritaskan Ibadah Tarawih Berjamaah Bareng Keluarga di Rumah
Terkait ibadah puasa, umat Islam memiliki pendapat yang sama tentang tata caranya. Yakni menahan berbagai hal yang membatalkan puasa dari terbit hingga tenggelamnya matahari.
Selain itu, hal yang membatalkannya adalah makan-minum, hubungan suami-istri di siang hari, muntah disengaja, keluar mani disengaja, haid, nifas, serta keluar dari Islam (murtad).
Namun berbeda dengan ibadah puasa, ibadah tarawih memiliki berbagai perbedaan cara (kaifiyah) di antara berbagai golongan umat Islam.
Lantas, bagaimana pelaksanaan ibadah tarawih jika dilihat dari pandangan Muhammadiyah? Berikut penjelasannya melansir laman resmi Muhammadiyah.
Baca Juga: Keutamaan Sholat Tarawih Malam Ke-2 di Bulan Ramadhan, Dosa Kedua Orang Tua Diampuni
Muhammadiyah Pilih Dua Cara Tarawih
Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Tri Sundani menjelaskan, pada prinsipnya Salat Tarawih versi Muhammadiyah sama dengan salat malam.
Imam mazhab seperti Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal melakukan salat tarawih dengan 20 rakaat dengan satu witir.
Sementara itu Imam Malik melakukan 36 rakaat yang ditutup salat witir. Menurut Agus, beberapa ulama atsar dan sahabat Nabi bahkan ada yang tidak membatasi jumlah rakaat salat tarawih.
“Salat tarawih itu kan disebut sebagai salat lail (salat malam), atau kalau bangun tidur disebut sebagai salat tahajud, kalau dilaksanakan di bulan Ramadhan disebut dengan tarawih karena ada jeda istirahatnya,” terang Agus.
Agus mengatakan, Muhammadiyah memilih mengikuti tata cara yang dilakukan Rasulullah Saw, yakni Salat Tarawih dengan dua macam pilihan caranya.
Baca Juga: Salat Tarawih Perdana Ramadhan 2025 Dimulai Kapan? Cek Jadwal Resmi, Niat dan Keutamaannya
Rakaat Tarawih 4-4-3
Muhammadiyah menggunakan formasi 4-4-3 berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha yang berbunyi:
“Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah melakukan salat sunah pada Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya.
Kemudian, beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat lagi tiga rakaat (witir).
Rakaat pertama witir baca Surat Al-A’la, rakaat kedua Al-Kafirun, dan rakaat ketiga baca Al-Ikhlas. Atau bisa tiga qul itu (Al Ikhlas, Al Falaq, An-Nas),”.
Baca Juga: Niat Sholat Tarawih Berjamaah dan Sendiri
Rakaat Tarawih 2-2-2-2-2-1
Sedangkan pilihan kedua, Muhammadiyah menurut Agus memakai formasi 2-2-2-2-2 yang ditambah satu witir berdasarkan hadis riwayat Muslim dari sahabat Ibn Abbas:
“Aku berdiri di samping Rasulullah, kemudian Rasulullah meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan dipegangnya telinga kananku dan ditelitinya, lalu Rasulullah salat dua rakaat kemudian dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, dan kemudian dua rakaat,
selanjutnya Rasulullah salat witir, kemudian Rasulullah tiduran menyamping sampai Bilal menyerukan azan. Maka bangunlah Rasulullah dan salat dua rakaat singkat-singkat, kemudian pergi melaksanakan saalat subuh.”
Karena Muhammadiyah memperbandingkan hadis-hadis tersebut, kata dia, maka pilihan yang dipilih oleh Tarjih Muhammadiyah adalah dua tadi.
“Jadi warga Muhammadiyah bisa memilih salah satu dari dua tadi karena itu tanawu’ ibadah. Pilihan dalam ibadah,” ungkapnya.
Baca Juga: Ditinggal Tarawih, Pencuri Satroni Rumah di Pancoran Mas Depok
Kapan Salat Tarawih Dilaksanakan?
Karena Salat Tarawih memiliki kesamaan dengan salat malam, menurut Agus salat tarawih boleh dikerjakan di awal waktu setelah ibadah salat Isya’ atau di tengah malam.
“Waktu salat tarawih itu mulai bada Isya’ sampai munculnya fajar. Ada yang dikerjakan awal waktu yaitu bada Isya, boleh saja itu namanya salat malam dikerjakan di malam hari. Hukumnya boleh saja,” ujarnya.