POSKOTA.CO.ID - Influencer Fitra Eri sempat menjadi trending di media sosial X usai dirinya menghadiri sesi wawancara di salah satu stasin televisi yang menyebut dikontak Pertamina untuk menyuarakan Pertamax aman.
Namun kali ini Fitra Eri memberikan klarifikasi bahwa ada kata yang hilang sehingga tak mau pemberitaan yang beredar menjadi misleading.
Melalui akun media sosial Instagram dan X milik pribadinya, Fitra Eri menyatakan bahwa ada tabrakan suara antara dirinya dengan pembawa acara.
Masyarakat yang menonton mengiran bahwa influencer tersebut sudah dikontak Pertamina untuk membicarakan keamanan Pertamax di tengah isu oplosan BBM usai terkuaknya kasus korupsi PT Pertamina.
Baca Juga: MA Perberat Vonis Karen Agustiawan Menjadi 13 Tahun Penjara dalam Kasus Korupsi LNG
Sebelumnya pernyataan Fitra Eri memang menjadi viral, dimana dirinya secara tegas menolak Pertamina untuk bilang bensin Pertamax bukan oplosan.
"Hari ini saya dihubungi Pertamina untuk bilang bahwa bukan bensin oplosan. Saya sendiri tidak berani karena saya tidak tahu faktanya seperti apa, saya masyarakat biasa, saya konsumen," ujar Fitra Eri pada acara Indonesia Business Forum tvOne, dilihat Kamis, 27 Februari 2025.
"Kalau pun Pertamina mau mengembalikan kepercayaan masyarakat, menurut saya harus melakukan komunikasi publik yang tepat, tidak harus melalui influencer," ujarnya.
Namun dari klarifikasi yang diunggahnya hari ini, Jumat 28 Februari 2025, Fitra Eri meralat bahwa ada kata yang hilang dari pernyataannya tersebut.
Baca Juga: 10 Besar Klasemen Liga Korupsi Indonesia, Harvey Moeis Kesatu Pertamina Kedua
"Pada saat saya menanggapi Pak Eri ada tabrakan suara antara saya dan presenternya, sehingga seolah-olah saya berbicara 'hari ini Pertamina menghubungi saya', padahal sebenarnya ada kata 'walaupun' yang tidak begitu terdengar," jelas Fitra Eri melalui unggahan video Instagram.
"Jadi Pertamina tidak pernah menghubungi saya sama sekali, itu hanya perandaian untuk menanggapi dari penyataan dari Pak Eri," jelasnya.
Klarifikasi ini menegaskan kembali bahwa yang dikatakan adalah pengandaian dan dirinya sama sekali tidak dikontak oleh Pertamina.
Skandal Korupsi PT Pertamina
Kasus korupsi yang melibatkan 9 tersangka, termasuk salah satunya Dirut PT Pertamina Patra Niaga sedang menjadi sorotan publik karena merugikan negara hingga Rp193,7 triliun.
Baca Juga: Usut Kasus Korupsi Pertamina, Kejagung Geledah TBBM Tanjung Gerem Cilegon
Nlai kerugian ini pun baru dari hasil temuan di tahun 2023 saja, sedangkan kejadian korupsi disebut Kejaksaan Agung sudah terjadi sejak 2018-2023.
Adapun korupsi yang dilakukan mencakup banyak aspek bukan hanya soal pengoplosan BBM Pertamax RON 92 yang sebenaranya adalah Pertalite RON 90 saja, melainkan melibatkan aspek lain.
Dianataranya para tersangka yang membuat pengkondisian supaya produksi minyak bumi dalam negeri berkurang dan harus memenuhi kebutuhan dengan impor.
Hal ini berdampak kepada kenaikan harga BBM dan kompensasinya diberatkan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Diantaranya total kerugian Rp193,7 triliun seperti diungkap Kejaksaan Agung meliputi:
- Kerugian ekspor minyak mentah dalam negeri sekitar Rp35 triliun.
- Kerugian impor minyak mentah melalui DMUT/Broker sekitar Rp2,7 triliun.
- Kerugian impor BBM melalui DMUT/Broker sekitar Rp9 triliun.
- Kerugian pemberian kompensasi (2023) sekitar Rp126 triliun.
- Kerugian pemberian subsidi (2023) sekitar Rp21 triliun.