POSKOTA.CO.ID - Sejak peristiwa dugaan pembungkaman atas karya musik band punk Sukatani dengan judul ‘Bayar Bayar Bayar’. Publik langsung merespon dengan berbagai aksi.
Bahkan kode 1312 dan kata ACAB menjadi topik obrolan teratas atau trending topik di platform X.
Lantas apa arti ACAB dan kode 1312 yang viral tersebut, dan bagaimana sejarahnya serta penggunaan kode dan kata tersebut.
Baca Juga: Band Punk Sukatani Tarik Lagu Bayar Bayar Bayar dari Peredaran dan Minta Maaf ke Kapolri
Arti Kata ACAB dan Kode 1312
Istilah ACAB ini sudah lama digunakan sebagai bagian dari budaya protes atau demonstrasi di berbagai negara. Rata-rata, istilah ini dijadikan slogan dalam grafiti, tato, spanduk atau ditempel di tempat-tempat umum lainnya.
Kata ACAB merujuk pada akronim dalam bahasa Inggris, yaitu All Cops Are Bastartds yang memiliki arti ‘Semua Polisi adalah Bajingan’.
Julukan bajingan ini biasanya digunakan sebagai penghinaan kasar untuk orang dengan perbuatan buruk.
Slogan ini digunakan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap perilaku polisi yang tidak etis atau kasar.
Selain menggunakan frasa ACAB, ada juga kode numerik yang digunakan yaitu 1312. Kode ini dibaca sesuai dengan urutan abjad, seperti:
- ‘1’ artinya ‘A’ yang merujuk pada huruf pertama yaitu ‘All’
- ‘3’ artinya ‘C’ yang merujuk pada huruf kedua yaitu ‘Cops’
- ‘1’ artinya ‘A’ yang merujuk pada huruf ketiga yaitu ‘Are’
- ‘2’ artinya ‘B’ yang merujuk pada huruf keempat yaitu ‘Bastards’
Kendati demikian, kode numerik 1312 ini merujuk pada akronim ACAB yang sering digunakan saat demonstrasi dalam bentuk tato, grafiti, spanduk sebagai bentuk protes tersembunyi.
Sejarah ACAB dan Penggunaannya
Tidak terlalu pasti tentang asal-usul ACAB. Tetapi istilah ini diyakini muncul pertama kali di Inggris sekitar abad ke-20.
Kemudian, ada juga yang mengaitkan kata ACAB muncul saat ada aksi mogok pekerja di Inggris pada 1940-an.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan ACAB menyebar ke berbagai negara Eropa dan selanjutnya istilah tersebut muncul dalam film, musik dan budaya pop lainnya.
Di Indonesia penggunaan ACAB, mulai populer pasca reformasi tahun 1998. Slogan ini sering muncul dalam aksi-aksi demonstrasi sebagai bentuk protes terhadap tindakan polisi.