POSKOTA.CO.ID - Beberapa orang berpikir bahwa lonjakan harga di pasar kripto untuk Bitcoin (BTC) telah berakhir setelah harga aset digital terbesar itu turun di bawah 93.000 USD atau setera dengan Rp1,5 miliar pada hari Senin. Alasannya? karena kebijakan tarif perdagangan Presiden Trump yang menakuti-nakuti pasar.
Namun perubahan harga menjadi meningkat setelah kebijakan tarif terhadap Meksiko dan Kanada ditangguhkan, sehingga menyebabkan rebound pada Bitcoin dan mata uang kripto lainnya.
Harga aset digital tersebut kemudian melonjak di atas angka 100.000 USD atau setara dengan Rp1,6 miliar sebelum kembali turun.
Berdasarkan data dari CoinGecko, saat ini harga BTC di harga 96.050 USD setara dengan Rp1,5 miliar, dan penurunan hampir 6 persen selama tujuh hari terakhir.
Baca Juga: 3 Mata Uang Kripto Ini Diprediksi Berikan Keuntungan Besar Saat Bitcoin Mencapai Harga Rp1,5 Miliar
Pergerakan ETF
Sejak awal pekan, antusiasme investor untuk dana yang diperdagangkan di bursa Bitcoin kurang menggembirakan.
Pada hari Senin, spekulan menarik 234 juta USD dari dana tersebut sejak itu harga mulai naik dan turun, tetapi data dari Farside Investors menunjukkan sekitar 200 juta USD total arus masuk sepanjang minggu.
Dalam laporan lain, saat perlombaan sudah ramai muncul pesaing baru dari perusahaan fintech, Truth.fi yang mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan permohonan untuk mendaftarkan merek dagang Bitcoin, yakni Truth.Fi Bitcoin Plus ETF dan Truth.Fi Bitcoin Plus SMA.
Baca Juga: Bitcoin vs BOME: Siapa yang Lebih Unggul di Dunia Aset Digital?
Rebrandring dari MicroStrategy
Perusahaan aset Bitcoin, MicroStrategy mengubah mereknya menjadi Strategy, dan banyak memposting meme yang sama di internet tentang langkah pemasaran tersebut.
Perusahaan, yang merupakan pemegang Bitcoin korporat terbesar dengan simpanan senilai lebih dari 45 miliar USD itu mengatakan bahwa perubahan merek adalah "evolusi alami" karena menjadi lebih fokus pada BTC.
“Merek baru, Strategi yang sama,” cuit CEO Strategy, Michael Saylor.
Perubahan merek tersebut terjadi ketika perusahaannya terdaftar di Nasdaq dan merilis pendapatan Q4 2024.
Baca Juga: Harga Bitcoin Sulit Diprediksi? Pakai Strategi Batasi Risiko Investasi dengan Stop-Loss
Perusahaan aset itu juga tidak membeli Bitcoin lagi minggu ini setelah 12 minggu pembelian berturut-turut.
Dana Kekayaan Negara
Cadangan Bitcoin menjadi strategis dan menjadi sorotan setelah Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menyerukan pembentukan dana kekayakaan negara dan menjadi pertama bagi Amerika Serikat (AS) sebagai sebuah negara.
Dana semacam itu akan melihat pemerintah mengambil pendapatan pemerintah dan menginvestasikannya kembali dalam aset seperti saham, obligasi, dan real estate.
Meski begitu, diprediksi oleh tokoh-tokoh Bitcoin terkemuka menyebutkan bahwa kemungkinan adanya tumpukan BTC di masa akan datang dan ide dari Trump tidak ada penyebutan tentang aset tersebut.
DISCLAIMER: Artikel ini hanya berupa informasi dan bukan saran atau ajakan untuk berinvestasi dalam mata uang kripto atau cryptocurrency.