POSKOTA.CO.ID - Bitcoin masih menunjukkan volatilitas yang tinggi di tengah ketidakpastian pasar global. Harga kripto terbesar ini terus mengalami tekanan seiring berbagai faktor makroekonomi dan regulasi yang mempengaruhi pergerakan pasar.
Berdasarkan data CoinMarketCap, harga Bitcoin berada di kisaran US$ 96.611 pada Kamis (6/2) pukul 23.54 WIB. Angka ini mencatat penurunan 1,63% dalam sehari dan akumulasi pelemahan 8,60% selama sepekan.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyebut bahwa Bitcoin sempat pulih ke level US$ 101.000 setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan kebijakan tarif terhadap Meksiko dan Kanada.
Namun, ketidakpastian tetap tinggi karena kebijakan tarif terhadap China masih berlaku tanpa tanda-tanda negosiasi resmi.
Baca Juga: Tips Persiapan Diri untuk Tes CPNS 2025 dan Kiat Sukses Hadapi SKD dan SKB
Tekanan Jual dan Level Support Bitcoin
Jika negosiasi tarif antara AS, Meksiko, dan Kanada gagal, tekanan jual Bitcoin bisa meningkat. Level US$ 92.000 diperkirakan menjadi support kunci, di mana investor institusional kemungkinan akan melakukan pembelian lebih lanjut.
Jika harga turun di bawah level ini, koreksi lebih dalam menuju US$ 87.000 atau bahkan US$ 74.000 bisa terjadi. Oleh karena itu, investor disarankan untuk menetapkan stop-loss ketat di bawah support guna melindungi modal.
Sebaliknya, Bitcoin perlu menembus resistensi utama di US$ 106.000 agar dapat melanjutkan reli ke US$ 115.000 - US$ 120.000.
Jika terjadi breakout dengan volume tinggi, investor dapat mempertimbangkan untuk menambah posisi beli guna memanfaatkan momentum bullish.
Strategi Investasi di Tengah Volatilitas
Dalam kondisi volatil seperti saat ini, trader disarankan untuk menghindari penggunaan leverage berlebihan, yang dapat meningkatkan risiko likuidasi jika terjadi pergerakan harga tajam.
Pendekatan yang lebih aman adalah mengakumulasi aset secara bertahap di dekat level support, menetapkan batas risiko dengan stop-loss, serta menunggu konfirmasi breakout sebelum meningkatkan eksposur investasi.