Ilustrasi menonton video. (Freepik)

JAKARTA RAYA

Marak Kasus Buang Bayi, Pengamat Sebut Dampak Penyalahgunaan Teknologi

Rabu 29 Jan 2025, 16:49 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Kasus buang bayi di berbagai daerah semakin marak. Terbaru, peristiwa serupa terjadi di Koja, Jakarta Utara, pada Selasa, 28 Januari 2025.

Kasus ini pun menarik perhatian pengamat sosial sekaligus pengajar di Vokasi Humas Universitas Indonesia, Dr. Devie Rahmawati.

Dia mengatakan perbuatan menyimpang muda - mudi hingga berujung pergaulan bebas dikarenakan karena faktor pemanfaatan teknologi digitalisasi yang disalahgunakan.

"Jadi berdasarkan riset KPAI, pada 18 tahun yang lalu sebanyak 60 persen anak SMP sudah bebas hubungan seks. Dan 9 dari 10 anak ini sudah nonton film porno," ujar Devie kepada Poskota usai dikonfirmasi, Rabu, 29 Januari 2025.

Baca Juga: Sejoli Pembuang Bayi di Koja Jakarta Utara Ditangkap, Polisi: Pelajar SMA

Berbeda dengan masa lalu, Devie mengungkapkan konsumsi media saat ini sangatlah bebas.

"Pemicu masa remaja yang masih mempunyai daya ingat baik seperti mesin fotocopy. Jika sudah diracuni dengan tontonan pornografi digital dapat merusak akal, moral, mental, dan spritual dari si anak itu," ujarnya.

Akibatnya, lanjut Devi, pikiran si anak ini dapat tersandera dengan tayangan beracun seperti pornografi.

"Anak-anak dapat memerkosa. Karena asupan vitamin yang didapatkan sudah rusak melalui digital," ujarnya.

Dari kejadian ini, menurut Devie banyak negara lain mengatur untuk mendapatkan konten bergizi ke anak.

Adapun aksi-aksi yang diluar nalar akan dapat terjadi, dapat menjadi terinsiprasi berbuat yang tidak benar.

Baca Juga: Seorang Mahasiswi di Sumenep Ditangkap Karena Buang Bayi di Emperan Masjid

"Anak dan remaja usia 24 tahun, akalnya tidak akan terganggu jika mendapatkan perkembangan yang baik. Sehingga racun itu tidak menyebar ke pikiran anak-anak," ungkapnya.

Untuk mencegah, Devie berharap pengawasan penuh orang tua.

"Upaya yang buruk dapat dicegah, yaitu dari orang tua yang bergerak untuk dapat mengakses menggunakan suatu aplikasi. Sehingga orang tua dapat mengontrol anaknya," ungkapnya.

Dari permasalahan ini, Devi sempat melakukan riset melakukan pengujian tentang pendidikan seksualitas kepada anak.

"Pada saat masih ngajar, ada riset pendidikan seksualitas mengenal alat-alat reproduksi pada tubuh sendiri. Dan hasilnya survey masih banyak yang belum mengetahui biologi," ungkapnya.

Tags:
pergaulan bebaspornografiUniversitas Indonesiapengamat sosialbuang bayi

Angga Pahlevi

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor